Laman

Kamis, 06 Maret 2014

Ada Kebahagian di Setiap Sisi Kehidupan


Bismillahirahmanirrahim.

Keindahan akan selalu ada pada detik-detik yang dilalui, pun pada kehidupanku seharian ini. Di tengah sebuah aktifitas yang bisa dikatakan 'lumayan' memeras keringat, otak, serta waktu, keindahan perjalanan hidup sangatlah nampak dalam alur yang mengesankan. Bermula pagi, menyisir angin pagi yang ada di sekitar Unsri, sepeda merah yang menemani setahun terakhir menjadi sahabat yang paling asyik.


Satu per satu sisi aku mulai datangi, Auditorium sebagai ruangan kegiatan utama Unsri Green Tea (UGT) 2014 oleh UKM U-Read, lalu ke Gedung Student Center sebagai markas U-Read, menyusur kembali perumahan dosen sebagai penginapan peserta UGT, lalu ke terminal dan menetap di ruangan Rektorat sebagai tempat pelaksanaan LKTI tingkat nasional.


Awalnya, aku sangat terkesan melihat warna-warni almamater yang mengisi ruangan. Betapa tidak sedikitnya ada 11 dari 15 kelompok yang menjadi finalis LKTI  yang tentunya sebagian besar beralmamater berbeda. Bahkan ada sahabat Fajri dkk dari Univeritas Negeri Makasar yang mengikuti perlombaan Eco-Creative mengisi ruangan tersebut. Sedang dari peserta LKTI sendiri ada yang berasal dari UGM, UNRAM, UNIB, UNEJ, UNJA, UNDIP, UNNES, UNS, dan Unsri sendiri.

Bermula dari beberapa presentasi yang dilakukan masing-masing kelompok, aku merasa terkagum. Berbeda-beda cara penyampaian pun kudapatkan yang tentunya sangat terampil, sangat berbeda dari presentasi yang sebelumnya sudah kutemukan selama ini. Dari sana aku berpikiran, memang mereka inilah orang-orang pilihan yang diizinkan untuk aku saksikan saat ini. Tentunya peserta lain yang mengikuti LKTI ini tak kalah menarik dan akan diizinkan kusaksikan dikemudian hari. Aamiin...

Sehabis acara selesai, Kampus Biru –FKIP—menjadi tujuan utamaku siang itu. Rancana yang sudah dibuat sehari sebelumnya harus segera dilangsungkan. Ya, akan bertemu seseorang dosen yang memang peduli dengan mahasiswa. Bermodal dengan kekurang komunikatifan beberapa bulan lalu, akhirnya dengan lafadz basmalah aku bersama rekanku memasuki dengan hati yang awalnya ‘gundah’. Memang, kebaikan ada dimana-mana, dari perbincangan yang terjadi kembali kami mendapatkan angin segar akibat hembusan kebaikannya. Segala jalan buntu yang awalnya kami dapatkan menjadi memiliki titik terang. Di samping itu, masih ada rasa bersalah yang teramat besar akibat perlakuan yang dilakukan beberapa bulan lalu. Yang lebih mengharukan adalah ketakpeduliaan beliau akibat kesalahan yang dilakukan, sebab baginya kesalahan itu bukanlah mutlak dari kami sumbernya.

Lebih pukul 3 siang, masih ada waktu yang sengganglah sebelum memasuki waktu ashar. Sehingga menuju ‘sekret baru’ himpunan yang menjadi tempat bernaung selama di kampus menjadi sasaran. Ada beberapa adik-adik di sana dan berbincang kecil, sebelum memastikan kembali ke Auditorium Unsri. Di sana, beberapa mahasiswa dari universitas berbeda nongkrong barang. Kucoba untuk mendekati dan memulai silaturahmi. Hingga mahasiswa beralmamater orange—UNJA—yang di ujung menjadi rekan diskusiku saat itu hingga ashar tiba.

Seperti yang direncanakan sebelumnya, selepas ashar aku harus berada di depan Kampus Biru untuk sharing-sharing kepenulisan dengan adik-adik di himpunan. Sangat di sayangkan, ternyata kebanyakan hari ini tidak aktif kuliah. Sehingga adik-adik ada sedikit, itupun terpencar dan mengikuti agenda di berbagai organisasi. Hingga terekamlah sharing-sharing menarik ini dengan orang-orang yang bersemangat untuk memulai membiasakan diri dalam kegiatan menulis. Aku bersama 3 adikku saja mengisi gazebo sore tadi.


Tentu hal itu tidak menyurutku untuk berbagi, bahkan terlihat dari adik-adik yang datang cukup menyenangkan, baik secara percakapan ataupun sharing-sharing itu sendiri. Tak kurang satu jam dihabiskan berbagai permulaan untuk merespon kegiatan menulis. Pun aku, merasa cocok pula sebagai pemula sehingga aku pun memiliki keinginan yang sama dengan mereka; memiliki target. Ada hal yang menarik dari sharing yang sudah dilakukan, mereka mengatakan (tanpa paksaan, hee...) bahwa menulis itu mudah, asyik, menyenangkan, dan sebagainya. Dari berbagai pendapat yang mereka utarakan, ada sebuah kalimat singkat yang paling berkesan yang aku dengar, yaitu; “Aku tidak menyangka bahwa aku bisa menuliskan seperti ini”, sembari menunjukkan hasil tulisannya dalam waktu yang singkat.

Sepertinya, lapangan bola voli terisi oleh adik-adik (serasa tua...:-D )yang beberapa hari terakhir bermain bersama. Aku berpikiran hendaknya menyeimbangkan antara kebutuhan rohani dan jasmani ataupun lainnya butuh diupayakan seimbang, meski sampai saat ini belum pula seimbang. Selama dua games bermain sebelum azan magrib berkumandang, akhirnya tim kami berhasil menang dengan dua games langsung (horee...).

Sehabis magrib, dapatlah kabar dari tetangga kamar sebelah pada bedeng yang sama untuk menghadiri ke kamarnya; Syukuran, katanya. Memang, dalam hitungan hari lagi dia akan segera memakai ‘Toga’. Sebagai ungkapan rasa syukur, mengajak berdoa dan makan bareng di kamarnya. Hal ini juga menyemangatiku untuk selalu berusaha lebih sehingga bisa memakai ‘Toga’ secepat mungkin. Setidaknya, pada gelaran wisuda yang selanjutnya.

Isya telah usai, handphoneku berdering. Sahabatku dari Unib memintaku untuk ditemui di Perumahan dosen untuk sharing-sharing. Akhirnya, kuajak Nurdin dan Didi untuk menemaniku. Maksimal 1 jam saja, ucapku sebelum berangkat. Artinya pukul 21.30 harus sudah kembali ke kontrakanku.


Di sana, lagi-lagi persaudaraan antar berbagai almamater terlihat jelas. Sempat pula kami fhoto bareng bersama mereka, kebanyakan aku sendiri masih banyak belum mengetahui nama mereka. Sebab mereka akan melangsungkan agenda acara Temu MITI.

Pada kesempatan yang sama, aku mendapatkan sebuah 'buah tangan' dari mbak Inspiratif yang selama ini membimbingku dari juah. Jarak bukanlah alasan untuk tidak berkomunikasi baik, bahkan belajar sekalipun. Aku sendiri tidak membatasi diriku untuk belajar darimanapun, terpenting saat ini mencoba mengisi diri dengan hal-hal yang dapat membangun diri ke arah yang lebih baik.

Dari perjalanan hari ini, ada hal yang meski kuingat-ingat dan kukagumi, adalah perjuangan adik-adik dan teman-teman dalam agenda besar UGT 2014 ini. Belum lagi, persaudaraan dan kekompakan yang wajib aku berikan acungan 2 jempol tangan untuk mereka. Kuakui, secara pribadi aku sendiri tidak bisa membantu maksimal dalam kegiatan ini. Entah sebab apa, yang jelas kuakui aku akan berusaha membantu semampuku, selagi tidak ada hal yang berhalangan dalam rutinitas lainnya.

Seharian dengan catatan indah ini, kuberharap besok pula akan meniriskan kisah yang indah. Perjuangan memakai ‘Toga’ akan kembali dilangsungkan. Menuju Palembang sejak pagi wajib menjadi keharusan yang dilalui. Sudah terlampau banyak detik, menit, jam, hari yang terlalui sebab temu belum diizinkan oleh-Nya. Barangkali, ucapan sahabatku di Uread 4 hari yang lalu bisa menjadi solusi bagiku saat ini; bimbingan di hari Jum’at. Basmalah.

Kamar Kos, 20 Februari 2014
Wahyu Wibowo

0 komentar:

Posting Komentar