Bismillahirahmanirrahim.
Keindahan
akan selalu ada pada detik-detik yang dilalui, pun pada kehidupanku seharian
ini. Di tengah sebuah aktifitas yang bisa dikatakan 'lumayan' memeras keringat,
otak, serta waktu, keindahan perjalanan hidup sangatlah nampak dalam alur yang
mengesankan. Bermula pagi, menyisir angin pagi yang ada di sekitar Unsri,
sepeda merah yang menemani setahun terakhir menjadi sahabat yang paling asyik.
Satu
per satu sisi aku mulai datangi, Auditorium sebagai ruangan kegiatan utama
Unsri Green Tea (UGT) 2014 oleh UKM U-Read, lalu ke Gedung Student Center
sebagai markas U-Read, menyusur kembali perumahan dosen sebagai penginapan
peserta UGT, lalu ke terminal dan menetap di ruangan Rektorat sebagai tempat
pelaksanaan LKTI tingkat nasional.
Awalnya,
aku sangat terkesan melihat warna-warni almamater yang mengisi ruangan. Betapa
tidak sedikitnya ada 11 dari 15 kelompok yang menjadi finalis LKTI yang
tentunya sebagian besar beralmamater berbeda. Bahkan ada sahabat Fajri dkk dari
Univeritas Negeri Makasar yang mengikuti perlombaan Eco-Creative mengisi
ruangan tersebut. Sedang dari peserta LKTI sendiri ada yang berasal dari UGM,
UNRAM, UNIB, UNEJ, UNJA, UNDIP, UNNES, UNS, dan Unsri sendiri.
Bermula
dari beberapa presentasi yang dilakukan masing-masing kelompok, aku merasa
terkagum. Berbeda-beda cara penyampaian pun kudapatkan yang tentunya sangat
terampil, sangat berbeda dari presentasi yang sebelumnya sudah kutemukan selama
ini. Dari sana aku berpikiran, memang mereka inilah orang-orang pilihan yang
diizinkan untuk aku saksikan saat ini. Tentunya peserta lain yang mengikuti
LKTI ini tak kalah menarik dan akan diizinkan kusaksikan dikemudian hari.
Aamiin...
Sehabis
acara selesai, Kampus Biru –FKIP—menjadi tujuan utamaku siang itu. Rancana yang
sudah dibuat sehari sebelumnya harus segera dilangsungkan. Ya, akan bertemu
seseorang dosen yang memang peduli dengan mahasiswa. Bermodal dengan kekurang
komunikatifan beberapa bulan lalu, akhirnya dengan lafadz basmalah aku bersama
rekanku memasuki dengan hati yang awalnya ‘gundah’. Memang, kebaikan ada
dimana-mana, dari perbincangan yang terjadi kembali kami mendapatkan angin
segar akibat hembusan kebaikannya. Segala jalan buntu yang awalnya kami
dapatkan menjadi memiliki titik terang. Di samping itu, masih ada rasa bersalah
yang teramat besar akibat perlakuan yang dilakukan beberapa bulan lalu. Yang
lebih mengharukan adalah ketakpeduliaan beliau akibat kesalahan yang dilakukan,
sebab baginya kesalahan itu bukanlah mutlak dari kami sumbernya.
Lebih
pukul 3 siang, masih ada waktu yang sengganglah sebelum memasuki waktu ashar.
Sehingga menuju ‘sekret baru’ himpunan yang menjadi tempat bernaung selama di
kampus menjadi sasaran. Ada beberapa adik-adik di sana dan berbincang kecil,
sebelum memastikan kembali ke Auditorium Unsri. Di sana, beberapa mahasiswa
dari universitas berbeda nongkrong barang. Kucoba untuk mendekati dan memulai
silaturahmi. Hingga mahasiswa beralmamater orange—UNJA—yang di ujung menjadi
rekan diskusiku saat itu hingga ashar tiba.
Seperti
yang direncanakan sebelumnya, selepas ashar aku harus berada di depan Kampus
Biru untuk sharing-sharing kepenulisan dengan adik-adik di himpunan. Sangat di
sayangkan, ternyata kebanyakan hari ini tidak aktif kuliah. Sehingga adik-adik
ada sedikit, itupun terpencar dan mengikuti agenda di berbagai organisasi.
Hingga terekamlah sharing-sharing menarik ini dengan orang-orang yang
bersemangat untuk memulai membiasakan diri dalam kegiatan menulis. Aku bersama
3 adikku saja mengisi gazebo sore tadi.
Tentu
hal itu tidak menyurutku untuk berbagi, bahkan terlihat dari adik-adik yang
datang cukup menyenangkan, baik secara percakapan ataupun sharing-sharing itu
sendiri. Tak kurang satu jam dihabiskan berbagai permulaan untuk merespon
kegiatan menulis. Pun aku, merasa cocok pula sebagai pemula sehingga aku pun
memiliki keinginan yang sama dengan mereka; memiliki target. Ada hal yang
menarik dari sharing yang sudah dilakukan, mereka mengatakan (tanpa paksaan,
hee...) bahwa menulis itu mudah, asyik, menyenangkan, dan sebagainya. Dari
berbagai pendapat yang mereka utarakan, ada sebuah kalimat singkat yang paling
berkesan yang aku dengar, yaitu; “Aku tidak menyangka bahwa aku bisa menuliskan
seperti ini”, sembari menunjukkan hasil tulisannya dalam waktu yang singkat.
Sepertinya,
lapangan bola voli terisi oleh adik-adik (serasa tua...:-D )yang beberapa hari
terakhir bermain bersama. Aku berpikiran hendaknya menyeimbangkan antara
kebutuhan rohani dan jasmani ataupun lainnya butuh diupayakan seimbang, meski
sampai saat ini belum pula seimbang. Selama dua games bermain sebelum azan
magrib berkumandang, akhirnya tim kami berhasil menang dengan dua games
langsung (horee...).
Sehabis
magrib, dapatlah kabar dari tetangga kamar sebelah pada bedeng yang sama untuk
menghadiri ke kamarnya; Syukuran, katanya. Memang, dalam hitungan hari lagi dia
akan segera memakai ‘Toga’. Sebagai ungkapan rasa syukur, mengajak berdoa dan
makan bareng di kamarnya. Hal ini juga menyemangatiku untuk selalu berusaha
lebih sehingga bisa memakai ‘Toga’ secepat mungkin. Setidaknya, pada gelaran
wisuda yang selanjutnya.
Isya
telah usai, handphoneku berdering. Sahabatku dari Unib memintaku untuk ditemui
di Perumahan dosen untuk sharing-sharing. Akhirnya, kuajak Nurdin dan Didi
untuk menemaniku. Maksimal 1 jam saja, ucapku sebelum berangkat. Artinya pukul
21.30 harus sudah kembali ke kontrakanku.
Di
sana, lagi-lagi persaudaraan antar berbagai almamater terlihat jelas. Sempat
pula kami fhoto bareng bersama mereka, kebanyakan aku sendiri masih banyak
belum mengetahui nama mereka. Sebab mereka akan melangsungkan agenda acara Temu
MITI.
Pada
kesempatan yang sama, aku mendapatkan sebuah 'buah tangan' dari mbak Inspiratif
yang selama ini membimbingku dari juah. Jarak bukanlah alasan untuk tidak berkomunikasi
baik, bahkan belajar sekalipun. Aku sendiri tidak membatasi diriku untuk
belajar darimanapun, terpenting saat ini mencoba mengisi diri dengan hal-hal
yang dapat membangun diri ke arah yang lebih baik.
Dari
perjalanan hari ini, ada hal yang meski kuingat-ingat dan kukagumi, adalah
perjuangan adik-adik dan teman-teman dalam agenda besar UGT 2014 ini. Belum
lagi, persaudaraan dan kekompakan yang wajib aku berikan acungan 2 jempol
tangan untuk mereka. Kuakui, secara pribadi aku sendiri tidak bisa membantu
maksimal dalam kegiatan ini. Entah sebab apa, yang jelas kuakui aku akan
berusaha membantu semampuku, selagi tidak ada hal yang berhalangan dalam
rutinitas lainnya.
Seharian
dengan catatan indah ini, kuberharap besok pula akan meniriskan kisah yang
indah. Perjuangan memakai ‘Toga’ akan kembali dilangsungkan. Menuju Palembang
sejak pagi wajib menjadi keharusan yang dilalui. Sudah terlampau banyak detik,
menit, jam, hari yang terlalui sebab temu belum diizinkan oleh-Nya. Barangkali,
ucapan sahabatku di Uread 4 hari yang lalu bisa menjadi solusi bagiku saat ini;
bimbingan di hari Jum’at. Basmalah.
Kamar
Kos, 20 Februari 2014
Wahyu
Wibowo
0 komentar:
Posting Komentar