Alhamdulillah, hingga detik
ini kesempatan menghirup udara sejuk bertautkan nafas kehidupan masih diberikan
kepadaku. Entah sampai kapan kesempatan ini serta merta didapati, terjelas
bagiku mencoba mensyukuri apa yang sudah diberikan dengan sebaik mungkin.
Teramat jelas jika melihat dari segala perihal yang telah dilalui selama ini,
masih menggambarkan bahwa seperti angin yang kehilangan arah. Ya, meskipun
tidak terlihat jelas oleh siapapun kecuali aku dan Penciptaku.
Setelah seharian pun melewati
hari demi hari hanya melihat, mendengar, dan membaca kisah yang secara langsung
ataupun tidak langsung selalu menyentuh sisi hati. Melalui kisah yang
dituturkan lewat bibir, melalui kisah yang digoreskan pena, atau perilaku yang
mencerminkan suatu kepribadian dan totalitas yang sungguh seharusnya dicontoh.
Kata demi kata rasanya terus mengalir dari sisi manapun, terlagi dari sebuah
goreskan pena yang tak henti ditebar hingga untuk kesekian kalinya pun kisah
itu dapat dibaca secara terus menerus.
Terlepas dari kemanjaan diri
yang selalu melihat sisi kebaikan orang lain melalui ruang manapun, yang
akhirnya sedikit banyaknya memberikan dampak positif untuk mengarah ke arah
kebaikan pula. Walaupun seiring berjalannya waktu, peralihan hati kerap kali
terjadi. Jikalau pada masa lain berkesempatan mendapati hal-hal yang bisa
dibilang serupa, tentunya akan memberikan pengertian kembali mengenai sisi yang
harus ditempuh. Akhirnya, kesempatan yang aku sendiri tidak mengetahui sampai
kapan perjanjian yang telah kusepakati sebelum ke dunia ini, akan diupayakan
menebar manfaat bagi orang lain, seperti apa yang sudah kudapati (meski tak
begitu memahami) selama ini.
Perihal kesempatan, teringat
sekali dengan segala ambius yang selalu kumiliki. Bagaimana tidak, sedikit saja
ataupun banyak hal yang menggiurkan ingin sekali mendapati. Padahal jikalau
melihat dari situasi diri, rasanya belum memiliki waktu yang ideal untuk mendapati
semua yang diinginkan ini. Waktu yang
ideal, rasanya takkan pernah
mendapati waktu itu, pikirku setiap waktu. Yang ada selama ini usaha dan management waktu belumlah dijadikan landasan
perjalanan hari yang akan dilalui. Sedemikian sehingga, keinginan yang melimpah
ruah itu tinggallah menjadi sebuah penyesalan dan kenangan mimpi yang rasanya
lebih baik dipendam sedalam-dalamnya.
“Waktu takkan terulang kembali.” Begitulah keyakinan yang sejauh ini
kumiliki. Bukan tanpa alasan, rasanya setiap orang-orang yang dijumpai baik
secara langsung, maupun tidak langsung seperti di televisi, media sosial,
melalui via telekomuniasi yang akhir-akhir serba canggih.
Saat ini, usiaku telah
melewati usia dua dasawarsa, kurang lebih 20 tahun 8 bulan. Jikalau menghitung
banyaknya waktu yang terlewati tak kurang dari 248 bulan, atau dalam minggunya
yang apabila disederhanakan dalam 1 bulan dihitung hanya 4 minggu maka 992
minggu telah menemani. Jika ingin dikonversi ke dalam hitungan hari maka aku
telah melewati 6944 hari. Belum lagi ketika kita akan menghitung banyaknya jam
yang selama ini terlalui maka 166.656 jam. Kembali lebih jauh lagi, akan
diperoleh 9.999.360 menit. Hingga akhirnya apabila melihat banyaknya perputaran
detik jarum jam, maka kutemui tak kurang 599.961.600 putaran telah memberikan
kisah yang apabila diingat, bisa saja lebih banyaklah terlupakan daripada yang
selalu terkenang. Belum lagi, kisah yang apabila dapat memberikan siraman
pencerahan bagi orang lain yang berdampak perubahan diri tentunya akan
berdampak pula kepada diri sendiri, baik berupa pahala ataupun motivasi
perubahan diri yang setidaknya sama atau bahkan melebihi dari apa yang telah
disampaikan kepada orang lain.
Mengingat banyaknya detik yang
telah terlewati dengan banyak sekali cerita, ingin sekali rasanya membagikan
cerita yang diperoleh melalui ruang ini. Kesempatan yang hingga waktu yang
belum kuketahui ini, turut serta memberikan suatu pengetahuan yang sebenarnya
belum seberapa ini. Dengan harapan cerita yang disampaikan dapat memberikan
asupan pengetahuan bermanfaat untuk kita semua.
“Ketika kita menghindari
kesempatan, yakinlah bahwa kita telah menghindari dari kebermanfaatan. Kesempatan
boleh jadi akan datang untuk yang kedua, ketiga atau keberapa lagi, tapi waktu tidak
akan terulang kembali. Peluklah kesempatan itu, dengan begitu kita berpeluang
memeluk perbaikan diri kita.”
Kamar kos-Indralaya,
01:18 WIB
Wahyu Wibowo
kak, kadang memang kita terlalu ambisius untuk mengejar sesuatu namun pada suatu titik kita akan sadar bahwa yang kita kejar memberikan suatu pelajaran berharga walau terkadang kita hanya memaki diri sendiri yang selalu merasa kurang dengan apa yang diraih...Dan saatnya menilik hati, masih kah tetap bersyukur dengan apa yang diberikan oleh Ilahi Rabbi.. :)
BalasHapusAmbisius itu penting; akan tetapi adakalanya kita harus siap menerima menerima dari apa yang telah diambisuskan, baik itu saat kita meraih pelajaran berharga (baca: apa yang diinginkan) atau pelajaran perbaikan (baca : belum saatnya kita mendapatkannya).
HapusMemang kesyukuran atas apa diraih harusnya sangat penting bagi kita,
Apa yang diraih (oleh nafsu) rasanya akan selalu kurang.
Hingga akhirnya kakak setuju dengan ucapanmu, " Bersyukur atas apa yang diberikan Ilahi Rabbi"
Berusaha mengoreksi 'diri'
#Insyaallah
^_^
like ^^
HapusIya kak, sama ini berusaha mengoreksi diri. semester ini semester karam, tidak produktif, atau mungkin hanya nafsuku saja ya kak yang tidak puas? Tadi pemberitahuan ari pihak jenesys "dicoba tahun depan ya" katanya karena emailq kemarin belum masuk ternyata
Berpikiran seperti itu wajar adanya. nafsu bisa saja ada di sana, akan tetapi yang kita butuhkan mungkin belum tepat ke sana.
HapusOh, doakan kakak. Semalam Kejar Tayang Kirim JENESYS 2.0 dengann 2 teman kakak.
#Insyaallah_Ada_Jalan by Maher Zain...
:-D
iya kak semoga yang terbaik ya untuk hasilnya ^^ Semoga jenesys ini digantikan yang lebih baik kak, insya Allah ada jalan lain ^^ aamiin
BalasHapusAamiin..
HapusMeskipun Inggris dan japan leanguagemasih 'poor', terpenting bagi kakak mengikuti seleksi lebih dulu.
Mengenai hasilnya,
Insyaallah Allah akan berikan apa yang kakak butuhkan saat ini.
Daftar panitia FIM 16 kah?
iya kak, kakak juga?
HapusKemarin daftar, karena banyak sekali yang berminat daftar dibagian itu.
HapusKemudian di seleksi kembali.
Bukan tak mau ikut seleksi itu, akan tetapi pertimbangan takutnya pada hari H atau mendekati itu kakak Sidang ataupun ada hal lain dengan Semester akhir ini, hingga kakak putuskan ngak mengikuti seleksi ini.
Orang lain mungkin lebih tepat untuk ini.
^_^