Bismillahirahmanirrahim...
Malam ini, bertepatan dengan
malam puncaknya Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-27 di Universitas
Diponegoro, detak jantung rasanya beroperasi lebih kencang dari biasanya. Ya,
malam ini adalah malam penganugerahan di ajang kompetisi menulis ilmiah dan
berkreativitas paling bergengsi tingkat mahasiswa di Indonesia yang
diselenggarakan oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti).
Pun aku, sebagai salah satu
mahasiswa yang beruntung berkesempatan hadir untuk menyaksikan, berkompetisi, dan
membawa almamater kebanggaan untuk memberikan goresan prestasi. Sebelumnya, aku
telah berhasil menjadi bagian 1% dari 44.752 proposal yang diajukan ke Dikti.
Apabila dihitung, maka aku telah berhasil masuk ke ruang 440 proposal terbaik
yang akan diseleksi kembali untuk menjadi 3 besar untuk setiap bidangnya.
Dua hari sebelumnya, tepatnya
hari Selasa bersama dengan rekan se-tim-ku, aku mempresentasikan semampu dan
semaksimal mungkin berkenaan program yang kami usulkan, “Kompencil Kapas”. Saat
itu, kami menjadi peserta keempat yang harus mempresentasikan dihadapan dewan
juri. Presentasi dimulai dengan kekompakan dan jargon Spirit yang bertujuan
untuk membangkitkan semangat kami pada waktunya presentasi.
Awalnya sedikit canggung kami
untuk menampilkan karya di depan dewan juri pada tingkat yang bisa dikatakan
begitu tinggi. Namun, seperti air yang
dihembus angin dan berada di dataran lebih tinggi dari sisi yang dilalui
setelahnya, maka akan mengalir tanpa henti kecuali wujud yang tak bersisa di
mukanya.
Akhirnya, Kompencil Kapas selesai
dipresentasikan dengan segala keterbatasan dan data yang ada. Begitu bahagia, ternyata
Kompencil Kapas mendapat apresiasi lebih dari para dewan juri dan para peserta
lainnya baik dalam ruangan itu, pun setelahnya atas berlangsungnya program yang
sejatinya memang ‘masih sederhana itu’.
Kini, aku bersama adik-adik
menanti dengan detak jantung lebih kencang hingga pada saatnya pengumuman
‘Kategori Poster’ apalagi ‘Kategori Presentasi’, nama yang mewakili tim kami
tak serta merta disebut dan meraih prestasi yang lebih lagi daripada saat ini.
“Diri ini terlalu egois, semestinya menyadari apa yang telah dilakukan
untuk mendapatkan kelayakan yang lebih daripada saat ini. Memang, siapapun itu
secara fitrahnya ingin menjadi yang terbaik, di samping itu penyadaran akan
diri sendiri merupakan sisi penting yang harus pula diturutsertakan dalam
ketepatan atau kepantasan diri, sebelum muara ‘Keruntuhan’ menjadi dasar
pemikiran.”
Memang, jikalau menilik sisi
yang melatarbelakangi hasil yang disampaikan malam ini, ternyata memanglah
layak aku mendapatkan hasil ini. Banyak hal yang tidak aku perhatikan dan
terlewatkan sebelum menjalani proses pertunjukan pada hari Selasa kemarin.
“Bisa jadi kamu tidak menyukai sesuatu yang kamu dapatkan, tapi yakinlah
itu adalah sebaik-baiknya ketetapan bagi dirimu. Dialah yang mengetahui atas segala
perkara.”
Seiring bergulirnya detik jam
pada sisa-sisa malam yang telah menggenapkan acaranya melalui pengumuman para
peraih medali, masih di lapangan yang sama; aku menelisik satu per satu
kemungkinan perihal yang membuatku belum bisa meraih lebih dari yang aku
inginkan. Memang, dari presentasi dan penuturan konsep semua peserta dari
berbagai kampus sempat memberikan ‘aura kebahagiaan’ bagi kami. Tapi ternyata,
itu bukanlah suatu jaminan untuk mendapatkan medali. Yang ada, keseimbangan
semua komponen yang ada mesti disingkronkan.
Setidaknya, kutemukan beberapa
hal yang harus diperbaiki dan diperhatikan oleh semua orang untuk mengikuti
pada ajang yang sama.
1.
Cantumkan Semua Data
Data yang ada dalam sebuah laporan seperti laporan akhir, buku
catatan harian, artikel, poster ataupun lainnya yang dikumpul dan sekiranya
akan mempengaruhi penilaian buatlah sebaik dan selengkap mungkin. Baik
kelengkapan surat mitra, rincian dana, keimiahan data, dan hal yang semestinya.
2.
Presentasi yang Menarik
Berbicara tentang presentasi, tak dapat disalahkan jika
kami mengalami ‘kegagalan’ pada episode ini. Presentasi yang kami lakukan hanya
datar dan lurus-lurus saja, di samping data yang disampaikan begitu lengkap;
itu disebabkan kurangnya persiapan latihan untuk berpresentasi.
3.
Buat PPT yang Menarik
Seperti aturan yang ditetapkan, buatlah PPT yang
point-point nya saja dan variasi yang menarik. Semakin manarik PPT, point yang
akan didapatkan semakin besar pula.
4.
Kekompakan dan Kerjasama
Upaya dalam perbaikan karakter
sangat jelas terlihat pada saat presentasi. Usahakan semua anggota tim turut
andil pada saat presentasi. Jangan hanya 1 atau 2 orang saja yang mendominasi
jalannya presentasi. Di samping itu, kekompakan segala hal semisal seragam,
tutur, dan lainnya harus diperhatikan pula.
Selain keempat point tersebut
akan terus ditelisik dan dievaluasi selama usaha yang telah dilakukan sebelum
dan sesudah presentasi sebagai upaya yang jelas ‘alasan’ dan ‘sebaik’nya apa yang
mesti dilakukan untuk pencapaian menjadi yang terbaik.
Seusai acara, aku menjadi
perwakilan kampus untuk mengambil ‘uang pesangon’ untuk kampusku. Di sana, aku
bertemu dengan mas Yunus—seorang mahasiswa Universitas Brawijaya yang juga
peserta Pimnas--membawakan sebuah bingkisan berwarna coklat bertuliskan ‘Untuk
Kak Wahyu’. Ya, sebelumnya Vita—Kuns yang berasal dari Universitas Brawijaya—telah
menyampaikan ada titipannya melalui mas Yunus. Setelah kubuka, bingkisan itu
berisikan ‘buku’ yang pernah dijanjikan sembilan bulan yang lalu dan berisikan sebuah
inspirasi dari ‘Negeri Sakura’ yang turut serta mendoakanku untuk terus
menegapkan badan dan menguatkan otot kaki untuk berjalan lebih jauh.
“Tetap
semangat menginspirasi kak, salam buat adik-adik Kompas (Singkatan Kompencil
Kapas) yang sangat Inspiratif. Good luck buat PIMNAS-nya, keep fighting Lillahi
Ta’ala. Oh iya kak, doakan aku segera lulus ya. Heee...Aamiin...”
Sekelumit ucapan singkat yang
Vita sampaikan serasa sebuah teguran dan motivasi untuk bangun dan melangkah
lebih jauh lagi. Kata ‘Lulus’ begitu mengguncang batin ini. Bagaimana tidak,
Vita yang setahun lebih lambat masuk kuliah hendak menyegerakan kuliah, lantas
aku? Ya, aku masih manja dengan buaian ‘waktu’ yang seharusnya kita nikmati di
awal perkuliahanku. Nyatanya, aku baru menemukan sejak dua semester yang lalu,
itupun sejak mengetahui Forum Indonesia Muda (FIM).
Ternyata semangat itu adalah
perlakuan yang mesti dicintai setelah niat terlahirkan dari hati. Seseorang
yang memiliki niat ataupun impian, tanpa adanya semangat untuk mencapainya, itu
akan menjadi coretan sia semata. Terpenting, apa yang dilakukan itu bersebab
karena Allah. Berkenaan dengan hasil, apapun ketetapan yang diraih, hidup ini mesti
terus ‘berkarya dan menginspirasi’ orang lain.
“Bisa
jadi kita belum meraih apa yang kita inginkan, tapi sadarkah kita kalau
berkarya dan menginspirasi orang lain adalah keharusan? Semua orang memiliki
porsi masing-masing, maka pahami dan berbuatlah hal yang lebih pada porsimu
masing-masing.”
Rusunawa Universitas Diponegoro, 28-29
Agustus 2014
Wahyu Wibowo
~ Semoga Menginspirasi ~
Tetap semangat Kak... dan terima kasih buat tipnya. :)
BalasHapusInsya Allah Nelvi
BalasHapus