Bismillahirahmanirrahim...
Setiap
orang memiliki mimpi dan keinginan akan keindahan hidup masing-masing. Setiap
orang tentu memiliki variasi yang berbeda-beda, pun aku denganmu, ataupun
kalian. Meskipun begitu, yang demikian mengarah pada satu titik ‘puncak’ yang
dinamai keberhasilan.
Standar
dari keberhasilan setiap orang tentu berbeda-beda pula, seperti berbedalah isi
hati antara satu dengan yang lainnya. Bisa jadi, pada satu ruang lingkup yang
sama, ataupun memiliki kesamaan nama, warna kulit, golongan darah, rambut,
sifat, bahkan dari orang tua yang sama. Itu semua tak menjamin melahirkan tolak
ukur dari ‘pikiran’ setiap orang akan sama.
Seperti
membaca sebuah karya tulis orang lain, semisal puisi atau cerpen yang memang
karya imajinasi dari penulisnya. Meski memang kebanyakan penulis lebih banyak
mengutarakan kisah nyata hidupnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
atau baik hanya dilihat ataupun sekedar mendengar cerita saja. Itu bukanlah
alasan untuk tidak memainkan imajinasi yang akhirnya melahirkan karya semisal
puisi atau cerpen. Dari sudut pandang pembaca tentunya akan melahirkan sebuah
arti, makna ataupun definisi yang berbeda dari sebuah karya yang mereka baca,
apalagi dari sisi penulisnya, tentunya tidak begitu sama. Dilihat dari sudut
arah makna yang disampaikan terkadang mengerucut pada satu titik yang
melahirkan kesamaan, meski tak seutuhnya.
Pun
dengan standar keberhasilan, setiap orang memiliki daya keinginan berbeda-beda.
Saat keberhasilan ataupun pencapaian dari sebuah keinginan telah tersampaikan,
masih ada yang merasa kurang puas dan hendak yang jauh lebih tinggi dari apa
yang telah diraihnya saat ini. Itu adalah fitrah manusia, terkadang egois tak
mampu terbendungi oleh kekuatan hati yang seharusnya jadi penopang yang
tangguh.
Berkenaan
dengan keberhasilan yang sudah kuraih, ada sisi lain selain DIUT (Doa Usaha
Iman dan Tawakal) yang telah kulakukan ataupun orang-orang terdekatku, yaitu
‘Bermimpi’ yang kemudian kutuliskan menjadi ‘Peta Kehidupan’ atau ‘Ukiran
Sejarah Hidup’ yang Danang Ambar Prabowo sebut Jejak-jejak Mimpi.
Berasal
dari pelosok daerah tak menutup keinginan untuk ‘bisa’ seperti kebanyakan
orang. Terlagi, saat duduk di bangku kelas XI SMA Negeri 1 Muara Kelingi (yang
saat ini bisa disebut sekolah unggulan di kabupaten Musi Rawas) sudah berani
menuliskan ‘Peta Kehidupan’nya. Hal ini tak lepas dari membaca sebuah novel
‘Ayat-Ayat Cinta’ yang didalamnya terdapat sosok Fahri dan Aisyah yang
menuliskan mimpi dan perjalanan kehidupannya hingga berpuluh tahun ke depan.
‘Peta
Kehidupan’ pun kutulis dengan segenap hati hingga usiaku berkisar 60 tahun.
Teringat sekali, hal sepele dan kecil pun kutulis semua dalam double polio
berwarna biru yang hingga saat ini masih menemani di ‘Ruang Inspiratif’ di
tanah Rantau. Dalam targetan atau mimpi yang ingin kuraih selama 5 tahun ke
depan, Subhanallah sebagian besar telah menjadi ‘Sejarah Hidup’ yang
membanggakan.
Belum
lagi, saat tahun 2010 yang tepatnya aku berada di semester pertama aku
mendapati sebuah video motivasi ‘Jejak Jejak Mimpi’ ala Danang Ambar Prabowo
yang sungguh memotivasi. Hal ini tak terlepas ketika aku mengikuti Baterai –LDO
BEM FKIP Unsri—yang jika mau disebutkan sebagai awal aku mengenal sosok-sosok
yang menginspirasi dalam kehidupan ini. Meski kemudian tak begitu aktif di
sana, akan tetapi kontribusi besar tetap diberikan untuk BEM FKIP Unsri.
Setelah
menyaksikan ‘Jejak Jejak Mimpi’, aku menuliskan puluhan mimpi yang kemudian
kutempelkan di dinding ‘Ruang Inspiratif’ku. Seperti Danang, tak jarang aku
mendapatkan ocehan sinis ataupun senyum masam tak menyakini bahwa aku akan
mencapainya. Bagiku, itu adalah bumbu asam-manisnya meraih apa yang ingin
diraih. Toh, tak rugi bagiku menuliskan mimpi ataupun dicerca oleh orang lain.
Dari
kesekian ‘Peta Kehidupan’ yang kemudian diperkuat ‘Jejak Mimpi’, bertepatan 7
Agustus 2014 ketika aku sedang menguraikan ‘Mimpiku’ untuk ‘Mengelilingi
Indonesia’ tepatnya aku berada di terminal kota Padang Panjang, Sumatera Barat
aku mendapatkan kabar dari Astina—sahabat Matilu—melalui telpon dan mbak Nurul
Badriah—Salah satu orang yang memotivasiku untuk berpresatasi dari Universitas
Jambi—melalui SMS. Dari kedua sumber informasi itu, aku mendapatkan kabar yang
menyentak hatiku dan membenamkan pikiranku, untuk tak kuasa menahan linang air
mata meski kutahan sebab keramaian masih sangat tampak.
“Lolos Pekan Ilmiah Mahasiswa
Nasional (PIMNAS) ke-27 di Universitas Diponegoro, Semarang. Ajang Ilmiah
paling bergengsi tingkat Mahasiswa. Aku telah berhasil menjadi 1% dari 44.754
proposal yang mengusulkan ke Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Ditjen
Dikti), artinya aku telah masuk dalam 440 proposal yang siap bersaing di
tingkat Nasional.”
Sungguh!
Karunia yang tak ternilai harganya. Di kala beberapa teman rela mengorbankan
mundur ‘memakai Toga’ untuk hadir di ‘PIMNAS’ aku dengan tak percaya bisa
diberikan kesempatan itu. Hal itu bukan tanpa alasan, program yang kami buat
‘Komunitas Penulis Cilik Anak Panti Asuhan—Kompencil Kapas’ semata-mata untuk
membimbing adik-adik yang kedepannya diharapkan dapat menumbuhkan benih Ilmiah
di kampus Sriwijaya. Sehingga, keempat anggota yang kupilih semuanya dua tahun
lebih muda angkatannya dibandingkan aku.
“Maka, nikmat Tuhan-mu manakah
yang engkau dustakan.” (Q.S. Ar-Rahman).
PIMNAS
ke-27, pula mengantarkanku minimal 3 mimpi kuraih secara bersamaan. Pertama,
mengelilingi Indonesia. Kedua, turut bersama orang-orang hebat dari penjuru
Negeri dalam PIMNAS, serta ketiga naik pesawat.
Berkenaan
dengan yang pencapaian mimpi yang ketiga, teringat sekali ketiga ibuku,
saudaraku, bahkan beberapa sahabatku yang bisa dibilang memotivasiku secara tak
langsung untuk menaiki pesawat. Jika boleh diartikan lain, mereka mengejekku
yang sering mengitari beberapa daerah di Nusantara ini akan tetapi belum
sekalipun naik pesawat. Terlagi, usiaku sudah menginjak kepala dua.
Dari
ibu, ialah sosok wanita yang mengajarkan banyak kepribadian kepadaku. Darinya
pula, terlecut semangatku untuk sesegera mungkin bisa ‘Naik Pesawat’. Dia
sering mengatakan, “Masak kalah sama mbak (baca : kakak perempuan)-mu yang
sudah semua naik pesawat.” Memang, ketiga suadaraku sudah semua naik pesawat
hal itu berbeda denganku yang lebih suka naik bus, travel, ataupun kereta api.
Mbak
Vika (kakak perempuan pertama)—ia beberapa kali naik pesawat, berkat usaha dan
kiprahnya yang bisa dibilang beruntung. Meski sekarang, lebih aktif mengajar di
salah satu Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Lebong, Bengkulu. Mbak Tesa (kakak
perempuan kedua)—ketika sebagai mahasiswa, ia pernah menuju pulau Jawa dengan
menaiki pesawat. Itupun berkenaan dengan kegiatan kampusnya. Sedangkan, mbak Ria
(kakak perempuan ketiga)—sebab SMA di kota Gubug, Jawa Tengah, terkadang ia
naik pesawat ketika pulang karena waktu yang menghendaki kecepatan tiba.
Akan
tetapi, dari kesemua saudara perempuanku yang sudah naik pesawat, bisa dibilang
akulah orang yang beruntung naik pesawat ‘Dibiayai Negera’ alias gratis.
Melihat dari ongkos yang harus aku keluarkan jika ingin naik pesawat dengan
biaya sendiri, itu sungguh mahal. Daripada melakukannya, bagiku menabung lebih
tepat untuk saat ini.
“Allah memberikan apa yang aku
butuhkan, bukan hanya yang aku inginkan.”
Keinginan
kita terkadang besar, tapi terkadang Allah belum mengizinkan bagi kita untuk
saat ini. Bisa jadi karena itu belum kita butuhan. Allah akan mengizinkan jika
itu sudah kita butuhkan dan baik bagi kita. Bahkan Allah akan memberikan lebih
dari apa yang kita inginkan jika itu memang terbaik bagi kita.
Program ‘Kompencil Kapas’ yang sejatinya ingin membimbing adik-adik di kampus
terluas Se-Asia Tenggara yang menjadi tempatku menimba ilmu untuk hidup dalam
keilmiahan. Bahkan keempat yang kuajak bergabung, rasanya belum sekalipun
menuliskan PKM. Tentu, target pun tak terlalu tinggi yaitu sekedar didanai oleh
Dikti. Tapi apa, Allah memberikan lebih dari apa yang telah kami targetan,
yaitu lolos ke PIMNAS di Undip.
Semarang-Palembang,
25Agustus-1 September 2014
Wahyu Wibowo
~ Semoga
Menginspirasi ~
Terus semangat dek Wahyu.. mudah2an apa yang dek Wahyu harapkan bisa terwujud.. Aamiin,
BalasHapus*sangat menginspirasi
Aamiin..kando Lumantar juga ya....
BalasHapustulisannya menarik mas :)
BalasHapusAlhamdulillah kalau begitu mbak, semoga bermanfaat dan menginspirasi ya.
BalasHapus~Salam dari Unsri ^_^