Laman

Senin, 01 September 2014

Ya Rabb, Pesawat-Mu Menerbangkanku (1)



Bismillahirahmanirrahim...

Setiap orang memiliki mimpi dan keinginan akan keindahan hidup masing-masing. Setiap orang tentu memiliki variasi yang berbeda-beda, pun aku denganmu, ataupun kalian. Meskipun begitu, yang demikian mengarah pada satu titik ‘puncak’ yang dinamai keberhasilan.

Standar dari keberhasilan setiap orang tentu berbeda-beda pula, seperti berbedalah isi hati antara satu dengan yang lainnya. Bisa jadi, pada satu ruang lingkup yang sama, ataupun memiliki kesamaan nama, warna kulit, golongan darah, rambut, sifat, bahkan dari orang tua yang sama. Itu semua tak menjamin melahirkan tolak ukur dari ‘pikiran’ setiap orang akan sama.

Seperti membaca sebuah karya tulis orang lain, semisal puisi atau cerpen yang memang karya imajinasi dari penulisnya. Meski memang kebanyakan penulis lebih banyak mengutarakan kisah nyata hidupnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, atau baik hanya dilihat ataupun sekedar mendengar cerita saja. Itu bukanlah alasan untuk tidak memainkan imajinasi yang akhirnya melahirkan karya semisal puisi atau cerpen. Dari sudut pandang pembaca tentunya akan melahirkan sebuah arti, makna ataupun definisi yang berbeda dari sebuah karya yang mereka baca, apalagi dari sisi penulisnya, tentunya tidak begitu sama. Dilihat dari sudut arah makna yang disampaikan terkadang mengerucut pada satu titik yang melahirkan kesamaan, meski tak seutuhnya.


Pun dengan standar keberhasilan, setiap orang memiliki daya keinginan berbeda-beda. Saat keberhasilan ataupun pencapaian dari sebuah keinginan telah tersampaikan, masih ada yang merasa kurang puas dan hendak yang jauh lebih tinggi dari apa yang telah diraihnya saat ini. Itu adalah fitrah manusia, terkadang egois tak mampu terbendungi oleh kekuatan hati yang seharusnya jadi penopang yang tangguh.

Berkenaan dengan keberhasilan yang sudah kuraih, ada sisi lain selain DIUT (Doa Usaha Iman dan Tawakal) yang telah kulakukan ataupun orang-orang terdekatku, yaitu ‘Bermimpi’ yang kemudian kutuliskan menjadi ‘Peta Kehidupan’ atau ‘Ukiran Sejarah Hidup’ yang Danang Ambar Prabowo sebut Jejak-jejak Mimpi.

Berasal dari pelosok daerah tak menutup keinginan untuk ‘bisa’ seperti kebanyakan orang. Terlagi, saat duduk di bangku kelas XI SMA Negeri 1 Muara Kelingi (yang saat ini bisa disebut sekolah unggulan di kabupaten Musi Rawas) sudah berani menuliskan ‘Peta Kehidupan’nya. Hal ini tak lepas dari membaca sebuah novel ‘Ayat-Ayat Cinta’ yang didalamnya terdapat sosok Fahri dan Aisyah yang menuliskan mimpi dan perjalanan kehidupannya hingga berpuluh tahun ke depan.

‘Peta Kehidupan’ pun kutulis dengan segenap hati hingga usiaku berkisar 60 tahun. Teringat sekali, hal sepele dan kecil pun kutulis semua dalam double polio berwarna biru yang hingga saat ini masih menemani di ‘Ruang Inspiratif’ di tanah Rantau. Dalam targetan atau mimpi yang ingin kuraih selama 5 tahun ke depan, Subhanallah sebagian besar telah menjadi ‘Sejarah Hidup’ yang membanggakan.

Belum lagi, saat tahun 2010 yang tepatnya aku berada di semester pertama aku mendapati sebuah video motivasi ‘Jejak Jejak Mimpi’ ala Danang Ambar Prabowo yang sungguh memotivasi. Hal ini tak terlepas ketika aku mengikuti Baterai –LDO BEM FKIP Unsri—yang jika mau disebutkan sebagai awal aku mengenal sosok-sosok yang menginspirasi dalam kehidupan ini. Meski kemudian tak begitu aktif di sana, akan tetapi kontribusi besar tetap diberikan untuk BEM FKIP Unsri.

Setelah menyaksikan ‘Jejak Jejak Mimpi’, aku menuliskan puluhan mimpi yang kemudian kutempelkan di dinding ‘Ruang Inspiratif’ku. Seperti Danang, tak jarang aku mendapatkan ocehan sinis ataupun senyum masam tak menyakini bahwa aku akan mencapainya. Bagiku, itu adalah bumbu asam-manisnya meraih apa yang ingin diraih. Toh, tak rugi bagiku menuliskan mimpi ataupun dicerca oleh orang lain.

Dari kesekian ‘Peta Kehidupan’ yang kemudian diperkuat ‘Jejak Mimpi’, bertepatan 7 Agustus 2014 ketika aku sedang menguraikan ‘Mimpiku’ untuk ‘Mengelilingi Indonesia’ tepatnya aku berada di terminal kota Padang Panjang, Sumatera Barat aku mendapatkan kabar dari Astina—sahabat Matilu—melalui telpon dan mbak Nurul Badriah—Salah satu orang yang memotivasiku untuk berpresatasi dari Universitas Jambi—melalui SMS. Dari kedua sumber informasi itu, aku mendapatkan kabar yang menyentak hatiku dan membenamkan pikiranku, untuk tak kuasa menahan linang air mata meski kutahan sebab keramaian masih sangat tampak. 



“Lolos Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-27 di Universitas Diponegoro, Semarang. Ajang Ilmiah paling bergengsi tingkat Mahasiswa. Aku telah berhasil menjadi 1% dari 44.754 proposal yang mengusulkan ke Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), artinya aku telah masuk dalam 440 proposal yang siap bersaing di tingkat Nasional.”


 Sungguh! Karunia yang tak ternilai harganya. Di kala beberapa teman rela mengorbankan mundur ‘memakai Toga’ untuk hadir di ‘PIMNAS’ aku dengan tak percaya bisa diberikan kesempatan itu. Hal itu bukan tanpa alasan, program yang kami buat ‘Komunitas Penulis Cilik Anak Panti Asuhan—Kompencil Kapas’ semata-mata untuk membimbing adik-adik yang kedepannya diharapkan dapat menumbuhkan benih Ilmiah di kampus Sriwijaya. Sehingga, keempat anggota yang kupilih semuanya dua tahun lebih muda angkatannya dibandingkan aku.

“Maka, nikmat Tuhan-mu manakah yang engkau dustakan.” (Q.S. Ar-Rahman).

PIMNAS ke-27, pula mengantarkanku minimal 3 mimpi kuraih secara bersamaan. Pertama, mengelilingi Indonesia. Kedua, turut bersama orang-orang hebat dari penjuru Negeri dalam PIMNAS, serta ketiga naik pesawat.


Berkenaan dengan yang pencapaian mimpi yang ketiga, teringat sekali ketiga ibuku, saudaraku, bahkan beberapa sahabatku yang bisa dibilang memotivasiku secara tak langsung untuk menaiki pesawat. Jika boleh diartikan lain, mereka mengejekku yang sering mengitari beberapa daerah di Nusantara ini akan tetapi belum sekalipun naik pesawat. Terlagi, usiaku sudah menginjak kepala dua.
 
Dari ibu, ialah sosok wanita yang mengajarkan banyak kepribadian kepadaku. Darinya pula, terlecut semangatku untuk sesegera mungkin bisa ‘Naik Pesawat’. Dia sering mengatakan, “Masak kalah sama mbak (baca : kakak perempuan)-mu yang sudah semua naik pesawat.” Memang, ketiga suadaraku sudah semua naik pesawat hal itu berbeda denganku yang lebih suka naik bus, travel, ataupun kereta api.

Mbak Vika (kakak perempuan pertama)—ia beberapa kali naik pesawat, berkat usaha dan kiprahnya yang bisa dibilang beruntung. Meski sekarang, lebih aktif mengajar di salah satu Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Lebong, Bengkulu. Mbak Tesa (kakak perempuan kedua)—ketika sebagai mahasiswa, ia pernah menuju pulau Jawa dengan menaiki pesawat. Itupun berkenaan dengan kegiatan kampusnya. Sedangkan, mbak Ria (kakak perempuan ketiga)—sebab SMA di kota Gubug, Jawa Tengah, terkadang ia naik pesawat ketika pulang karena waktu yang menghendaki kecepatan tiba.

Akan tetapi, dari kesemua saudara perempuanku yang sudah naik pesawat, bisa dibilang akulah orang yang beruntung naik pesawat ‘Dibiayai Negera’ alias gratis. Melihat dari ongkos yang harus aku keluarkan jika ingin naik pesawat dengan biaya sendiri, itu sungguh mahal. Daripada melakukannya, bagiku menabung lebih tepat untuk saat ini.

          “Allah memberikan apa yang aku butuhkan, bukan hanya yang aku inginkan.”

Keinginan kita terkadang besar, tapi terkadang Allah belum mengizinkan bagi kita untuk saat ini. Bisa jadi karena itu belum kita butuhan. Allah akan mengizinkan jika itu sudah kita butuhkan dan baik bagi kita. Bahkan Allah akan memberikan lebih dari apa yang kita inginkan jika itu memang terbaik bagi kita.

Program ‘Kompencil Kapas’ yang sejatinya ingin membimbing adik-adik di kampus terluas Se-Asia Tenggara yang menjadi tempatku menimba ilmu untuk hidup dalam keilmiahan. Bahkan keempat yang kuajak bergabung, rasanya belum sekalipun menuliskan PKM. Tentu, target pun tak terlalu tinggi yaitu sekedar didanai oleh Dikti. Tapi apa, Allah memberikan lebih dari apa yang telah kami targetan, yaitu lolos ke PIMNAS di Undip.

Semarang-Palembang, 25Agustus-1 September 2014
Wahyu Wibowo

~ Semoga Menginspirasi ~

4 komentar:

  1. Terus semangat dek Wahyu.. mudah2an apa yang dek Wahyu harapkan bisa terwujud.. Aamiin,
    *sangat menginspirasi

    BalasHapus
  2. Aamiin..kando Lumantar juga ya....

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah kalau begitu mbak, semoga bermanfaat dan menginspirasi ya.
    ~Salam dari Unsri ^_^

    BalasHapus