Laman

Rabu, 07 Januari 2015

Berdosakah Bermimpi dan Berdoa Akan Hal yang Besar?





Ilustrasi tangga kesuksesan



“Jika kita mampu bermimpi besar, kenapa harus bermimpi kecil?
Jika kita bisa meminta hal yang besar dalam berdoa, haruskah meminta hal yang kecil kepada Maha Esa? Toh, energi dan waktu yang dikeluarkan akan sama besar. (Wahyu Wibowo)





Bismillahirrahmanirrahiim...


Sebagai manusia, kita terkadang tak menyadari bahwa rejeki  yang kita peroleh setiap hari itu lebih dari cukup dari apa yang kita harapkan sebelumnya. Hal itu fitrah dimiliki oleh semua orang. Semisal kita meminta A, setelah diberi A, malah tak meyakinkan bahwa A adalah pilihan terbaik yang pernah diminta dan meminta B yang notabene lebih besar lagi. Pun apabila diberi B, maka mengharapkan C, dan seterusnya.

Tentang rasa puas, rasanya hanya segelintir orang saja yang mengungkapkan rasa syukurnya bila rejeki yang didapatkan dari usahanya dirasa cukup, atau bahkan kurang sama sekali. Pondasi kokoh dalam pemikirannya barangkali meyakinkan bahwa rejeki hari ini lebih baik yang Ia berikan untuk kita. Semisal diberikan hal yang lebih besar, barangkali kita belum siap untuk menerima itu semua. Di samping, ia meyakini bila waktunya sudah tiba, hal ‘BESAR’ sekalipun akan diraih tanpa ada tawaran lagi dari sang Maha Pemberi.

Salah satu aspek belumlah ‘Besar’ apa yang kita raih bisa jadi disebabkan pada hari-hari sebelumnya saat kita berdoa ataupun bermimpi kita tidak memperhatikan ukuran dari ‘ISI’ yang kita inginkan. Yang kita lakukan sesuai dengan kebutuhan kita saat itu juga. Padahal jika ingin menilik perjalanan kehidupan, bisa jadi kita masih terus menghembuskan napas untuk sehari kedepan, seminggu, kedepan, sebulan kedepan, setahun kedepan, sepuluh tahun kedepan, ataupun takaran waktu dalam jumlah yang lebih besar lagi. Sampai kapanpun detak jantung kita terus beroperasi itu semua telah tercantum dalam ‘Lauhil Mahfuz’-Nya.

"Lalu, jika kita mampu bermimpi besar, kenapa harus bermimpi kecil? Atau jika kita bisa meminta hal yang besar dalam berdoa, haruskah meminta hal yang kecil kepada Maha Esa? Toh, energi dan waktu yang dikeluarkan akan sama besar."

Inilah yang membedakan antara satu dengan yang lainnya. Seseorang yang memiliki visi yang besar untuk di kemudian hari tentunya lebih banyak melakukan hal besar dalam keinginannya pada hari-hari sebelumnya. Hingga cakupan keinginan ‘BESAR’ itu suatu hari akan menjadi sebuah catatan keberhasilan yang ia raih sebab sebelumnya ia menginginkan hal tersebut.

Mungkin kita pernah mendengar seseorang yang bernama ‘Danang Ambar Prabowo’, seseorang yang berasal termasuk dari salah satu pelosok daerah di Negeri ini. Sewaktu menjadi mahasiswa baru di kampusnya, ia menuliskan ‘Keinginan Besar’ yang ingin diraihnya dalam dua lembar kertas. Ya, ‘Jejak-jejak Mimpi’ ia menyebutnya. 100 mimpi ia tuliskan di kertas tersebut, lalu ditempelkan di sebuah dinding di kamarnya. Banyak temannya mencemooh akan 100 mimpi yang dikira terlalu berlebihan dan besar itu, hingga ia pastikan keyakinannya suatu hari mimpi itu akan terwujud. Benar, 100 mimpi itu benar menjadi kenyataan. 100 impian yang kemudian menjadi jejak-jejak indah dalam hidupnya yang menghantarkannya menjadi salah satu pemuda terbaik pada masanya.

Terkadang, rekam jejak kita dalam meyakini pengharapan tidaklah terlalu besar. Salahkah jika kita meminta hal yang besar, di saat kita merasa diri kita terlalu kecil? Atau berdosakah kita bermimpi besar, di saat kita masih terombang ambing dalam statuta pemikiran yang masih tergolong rendah?

Ah, jika dua pertanyaan di atas kau sepakati dengan jawaban, ‘TIDAK’, lantas kapankah memulai untuk berkeinginan hal-hal yang lebih besar? Bukankah, jika kita bermimpi atau berdoa besar waktu dan energi yang kita butuhkan sama besar apabila kita hanya bermimpi dan berdoa secukupnya saja?

Kalau sudah demikian, tinggal kita sendiri yang meyakini diri kita untuk memilih pilihan mana dalam kita berkeinginan. Yang jelas, Ia tak membatasi diri kita untuk memiliki keinginan besar yang tentunya tidak hanya keinginan semata. Semua harus jalan seirama denga DUIT (Doa, Usaha, Istiqomah, dan tawakal) yang harus kita lakukan.

“Jangan batasi keinginan kita, hingga pencapaian besar yang akan diraih sebagai bukti besarnya Ia.”

Sekelumit tulisan yang bisa disebut ‘biasa’ ini semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Harapan besar bagi pribadi, tulisan ini akan memiliki #Episode selanjunya. Sehingga tebaran manfaat terus bisa ditebarkan. Juga benih-benih persaudaraan akan tumbuh antara satu dengan yang lainnya.

Pun, apabila ada kritik dan saran, ataupun kesalahan di sana-sini, dengan senang hati saya menerima ‘perbaikan’ yang sahabat sampaikan.


Moga bermanfaat!


Mari silatirahmi di:
Facebook        : Wahyu Wibowo
Twitter                        : @WahyuKelingi
Blog                 : Sinauramerame.blogspot.com


2 komentar:

  1. bermimpi dan merealisasikannya... bukan melalaikannya seperti aku :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya, kakak pula mulai melalaikannya. Teirmakasih sudah mengingati Vita dengan masuknya ke bacaan ini.
      #Malu_Rasanya, menulis tapi tak mempertanggungjawabkan tulisannya

      Hapus