Ilustrasi
tangga kesuksesan
“Jika kita mampu bermimpi
besar, kenapa harus bermimpi kecil?
Jika kita bisa meminta hal yang
besar dalam berdoa, haruskah meminta hal yang kecil kepada Maha Esa? Toh,
energi dan waktu yang dikeluarkan akan sama besar. (Wahyu Wibowo)
Bismillahirrahmanirrahiim...
Sebagai manusia, kita
terkadang tak menyadari bahwa rejeki yang kita peroleh setiap hari itu
lebih dari cukup dari apa yang kita harapkan sebelumnya. Hal itu fitrah
dimiliki oleh semua orang. Semisal kita meminta A, setelah diberi A, malah tak
meyakinkan bahwa A adalah pilihan terbaik yang pernah diminta dan meminta B
yang notabene lebih
besar lagi. Pun apabila diberi B, maka mengharapkan C, dan seterusnya.
Tentang rasa puas, rasanya
hanya segelintir orang saja yang mengungkapkan rasa syukurnya bila rejeki yang
didapatkan dari usahanya dirasa cukup, atau bahkan kurang sama sekali. Pondasi
kokoh dalam pemikirannya barangkali meyakinkan bahwa rejeki hari ini lebih baik
yang Ia berikan untuk kita. Semisal diberikan hal yang lebih besar, barangkali
kita belum siap untuk menerima itu semua. Di samping, ia meyakini bila waktunya
sudah tiba, hal ‘BESAR’ sekalipun akan diraih tanpa ada tawaran lagi dari sang
Maha Pemberi.
Salah satu aspek belumlah
‘Besar’ apa yang kita raih bisa jadi disebabkan pada hari-hari sebelumnya saat
kita berdoa ataupun bermimpi kita tidak memperhatikan ukuran dari ‘ISI’ yang
kita inginkan. Yang kita lakukan sesuai dengan kebutuhan kita saat itu juga.
Padahal jika ingin menilik perjalanan kehidupan, bisa jadi kita masih terus
menghembuskan napas untuk sehari kedepan, seminggu, kedepan, sebulan kedepan,
setahun kedepan, sepuluh tahun kedepan, ataupun takaran waktu dalam jumlah yang
lebih besar lagi. Sampai kapanpun detak jantung kita terus beroperasi itu semua
telah tercantum dalam ‘Lauhil Mahfuz’-Nya.
"Lalu, jika kita mampu
bermimpi besar, kenapa harus bermimpi kecil? Atau jika kita bisa meminta hal
yang besar dalam berdoa, haruskah meminta hal yang kecil kepada Maha Esa? Toh,
energi dan waktu yang dikeluarkan akan sama besar."
Inilah yang membedakan antara
satu dengan yang lainnya. Seseorang yang memiliki visi yang besar untuk di
kemudian hari tentunya lebih banyak melakukan hal besar dalam keinginannya pada
hari-hari sebelumnya. Hingga cakupan keinginan ‘BESAR’ itu suatu hari akan
menjadi sebuah catatan keberhasilan yang ia raih sebab sebelumnya ia
menginginkan hal tersebut.
Mungkin kita pernah mendengar
seseorang yang bernama ‘Danang Ambar Prabowo’, seseorang yang berasal termasuk
dari salah satu pelosok daerah di Negeri ini. Sewaktu menjadi mahasiswa baru di
kampusnya, ia menuliskan ‘Keinginan Besar’ yang ingin diraihnya dalam dua
lembar kertas. Ya, ‘Jejak-jejak Mimpi’ ia menyebutnya. 100 mimpi ia tuliskan di
kertas tersebut, lalu ditempelkan di sebuah dinding di kamarnya. Banyak
temannya mencemooh akan 100 mimpi yang dikira terlalu berlebihan dan besar itu,
hingga ia pastikan keyakinannya suatu hari mimpi itu akan terwujud. Benar, 100
mimpi itu benar menjadi kenyataan. 100 impian yang kemudian menjadi jejak-jejak
indah dalam hidupnya yang menghantarkannya menjadi salah satu pemuda terbaik
pada masanya.
Terkadang, rekam jejak kita
dalam meyakini pengharapan tidaklah terlalu besar. Salahkah jika kita meminta
hal yang besar, di saat kita merasa diri kita terlalu kecil? Atau berdosakah
kita bermimpi besar, di saat kita masih terombang ambing dalam statuta
pemikiran yang masih tergolong rendah?
Ah, jika dua pertanyaan di
atas kau sepakati dengan jawaban, ‘TIDAK’, lantas kapankah memulai untuk
berkeinginan hal-hal yang lebih besar? Bukankah, jika kita bermimpi atau berdoa
besar waktu dan energi yang kita butuhkan sama besar apabila kita hanya
bermimpi dan berdoa secukupnya saja?
Kalau sudah demikian, tinggal
kita sendiri yang meyakini diri kita untuk memilih pilihan mana dalam kita
berkeinginan. Yang jelas, Ia tak membatasi diri kita untuk memiliki keinginan
besar yang tentunya tidak hanya keinginan semata. Semua harus jalan seirama
denga DUIT (Doa, Usaha, Istiqomah, dan tawakal) yang harus kita lakukan.
“Jangan batasi keinginan
kita, hingga pencapaian besar yang akan diraih sebagai bukti besarnya Ia.”
Sekelumit tulisan yang bisa
disebut ‘biasa’ ini semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Harapan besar bagi
pribadi, tulisan ini akan memiliki #Episode selanjunya. Sehingga tebaran
manfaat terus bisa ditebarkan. Juga benih-benih persaudaraan akan tumbuh antara
satu dengan yang lainnya.
Pun, apabila ada kritik dan
saran, ataupun kesalahan di sana-sini, dengan senang hati saya menerima ‘perbaikan’
yang sahabat sampaikan.
Moga
bermanfaat!
Mari silatirahmi di:
Facebook : Wahyu Wibowo
Twitter :
@WahyuKelingi
Blog : Sinauramerame.blogspot.com
bermimpi dan merealisasikannya... bukan melalaikannya seperti aku :(
BalasHapusSepertinya, kakak pula mulai melalaikannya. Teirmakasih sudah mengingati Vita dengan masuknya ke bacaan ini.
Hapus#Malu_Rasanya, menulis tapi tak mempertanggungjawabkan tulisannya