Laman

Rabu, 12 Februari 2014

Kenari yang Kehilangan Kompas


 Oleh : Wahyu Wibowo


Ibu, sekian hasta waktu berlalu pun melagu. Kicauanku tak lagi membangunkan cahaya mentari yang kugenggam senja kemarin. Angin pun jengah membujuk lelahku dengan canda atau sekedar celoteh sebagai pengisi ruang hampa.

Ibu, telah hilang butiran-butiran embun yang kupilin karena terik membakarnya saat terlelap dalam fana dunia. Tak bersisa tak bernyawa selain jelaga nganti tak tau diri.

Ah, ibu... dimanakah arah yang kau ceritakan lewat memoar dari aliran air susumu? Akankah layak putra semata wayangmu melahap dahaga demi detik yang memintal jarum jam?

Sekalipun itu ibu, satu hal yang tak lekang lenyap dari pikirku. Cerita tentang arah kompas ke perebahan Hakiki. Yang tiap-tiap sendi harus kupercayai. Akankah ini sekedar penunggu hari untuk menjadi kenari dan mengitari bumi bahkan lorong-lorong yang kau ceritakan saban hari?


Wahyu Wibowo
Indralaya, 11 September 2012

*Teramat penting melihat hakikat diri, ya Rabb luruskanlah hati hamba.
Ihdinassiratal mustaqim.

0 komentar:

Posting Komentar