Laman

Jumat, 07 Februari 2014

Bingkis Ramadhan


Lamat-lamat menapak terang samudra semesta
Atom Tuhan tegur lewat bercik sinarnya
Dan cincin alam mengapung di Bima Sakti raya
Takjub menyatu dalam ruang rindu
Kerinduan yang utuh

Berawal Rajab dan Syaban beriring rima
Zaitun dan kurma bersenggama
Menyatukan wujud pada sesosok karomah
Pada dinasti langkah zaman tak bermunajad syurga

Ramadhan berkisah
Malam ribuan tahun lalu
Pada keremajaan siang, atau sunyi malam
Bertumpah ruah akan darah : bara
Jilat api nista
Sauh hidup memerah
Kabilah terpecah
Badar mengelora
Puntung nyawa bergulung datar terkujur panah
Dan termaktub sebagai para syuhada
Bumi sebagai saksi harum api kehidupan fana
Lewat tentara Allah yang turut membela

Kompas waktu
Jaring dan jangkar mengembang
Ubah senggang menjadi penghambaan
Terlagi keputusan Mihrab Lailatul Qodar di kumandang
Menjadikan amalan berbalas pahala seribu bulan
Akankah kusia berkepanjangan?

Kidung senja menatap siapnya
Lantunan bait-bait puisi kasih kepada khalik-Nya
Hingga hujan hati
Mengingat kembali waktu bersemedi di bilik hari
Akan dosa terpatri
Dalam khusyuk kumenatapMu dalam sujud
Pada malam yang mewujud
Sejadah lusuh hanya manggut
Mengetuk hati yang selama ini sangkut
Dan puasa lumbung emas penghasil ladang yang gersang
Serta rimba dhuha alur hidup yang tak pernah terlupa
Menjadi lembah perekah langit kesatuan


Indralaya, 10 Juli 2011

Puisi termaktub dalam buku “Atas Nama Bulan yang Dicemburui Engkau”.



         

0 komentar:

Posting Komentar