Laman

Rabu, 10 Juli 2013

Kerlip Pandang



: Luluk Andrayani

lihatlah langit yang menjuntai
di bawahnya tukikan cemara setelah
menyemai rindu kala separuh mengaduh

lihat pula bukit-bukit yang bertebaran
dalam sudut mata pandang
di antara kota dan desa
memasang candu atas hehijauan sawah
dermaga nikmat sang Kuasa

sekedar bentar dirasa, meneguk pahit labir
ada guna intermezo semata
agar kaku tak melumut-jingga hidup
kerlip ucap dalam getir hati
kerlip pandang sebagai angin melalulalang

kerlip pandang
masih bersemayam
masih melayang

Indralaya, 29 April 2012

*Puisi ini pernah dipublikasikan di Rumah Puisi Indonesia "Bengkel Puisi Swadaya Mandiri"

2 komentar: