Laman

Menikmati Indahnya Pantai Matras

Pantai Matras terletak di Kabupaten Sungai Liat, Bangka Belitung.

Puncak Tertinggi Provinsi Sumatera Selatan

Gunung Dempo berada di Kota Pagaralam dan berketinggian 3183 mdpl.

Gravity Suku Anak Dalam

Jejak di Provinsi Jambi: Gravity Suku Anak Dalam (SAD) di Thehok, Jambi.

Berkunjung ke Rumah Baca Pustaka 2, Payakumbuh

Rumah Baca Pustaka 2, Payakumbuh-Sumbar didirikan oleh Uda Agus dan Uni Linda.

Lelaki Penyuka Koran

Setiap pagi, Lelaki ini gemar ke kios-kios koran dan berpura-pura membaca.

Rupa Cughup Besemah

Cughup (air terjun) Besemah terletak di antara Lahat-Pagaralam, Sumsel. Untuk mencapai ke sana, mesti jalan kaki hingga 1 jam perjalanan.

Berwisata Candi Prambanan

Candi Prambanan terkenal di telinga masyarakat lewat kisah Loro Jongrangnya.

Kamis, 30 Januari 2014

Pelajaran dari Sebuah Usaha



Bismillahirrahmaanirrohiim...


 Menuju Cughup Basemah – Sehari sebelum mendaki Gunung Dempo

Rasanya tiada keindahan yang dapat dirasakan di dunia ini selain menemui pagi dengan senyum terindahnya. Beberapa tempat yang dirasa indah pun belumlah sebanding dengan keindahan yang didapati selama ini, misalnya Kawah Merapi Dempo, Pulau Kemaro, Ampera, Pantai Parangtritis, ataupun beberapa tempat wisata yang telah dikunjungi dan kuanggap menampilkan sisi keindahan. Bagaimana tidak, apabila ‘Pagi’ sudah tidak menemuiku, maka akan hilang semua keindahan yang ada di dunia bagiku. Serupa pagi ini, kesempatan menemui pagi ini dan juga menghirup udara kehidupan masih diberikan kepadaku.

Berjumpa pagi ini tentunya ada hal yang ditunggu-tunggu oleh kebanyakan mahasiswa di Nusantara, yaitu perihal daftar nama yang akan hadir dalam lembar pengumuman yang beruntung untuk mengikuti kunjungan belajar di Jepang selama bulan Februari-Maret 2014. JENESYS 2.0, itulah nama yang sangat menggoda seluruh mahasiswa Indonesia. Sangat disayangkan, waktu pendaftaran sangatlah singkat hingga beberapa teman yang dijumpai menyatakan belumlah sempat untuk mendaftarkan diri.

Selasa, 28 Januari 2014

Merapal Alfa


Oleh : Wahyu Wibowo


Sejak perumpaan tak sengaja
yang mengalir deras dari bibir
tentang alfa. Perihal kebiasaan
adalah ajang perbaikan yang
terkadang tak disadari sebab
diri larung dalam kesendirian

Sungguh! Tak lelah membaca
araharah dari ayatayat alfa yang
selama ini meresahkan jiwa
begitu, anjur yang kau beri
suatu waktu pada temu

Minggu, 26 Januari 2014

Peluklah Kesempatan Itu...



Bismillahirrahmaanirrohiim...
Alhamdulillah, hingga detik ini kesempatan menghirup udara sejuk bertautkan nafas kehidupan masih diberikan kepadaku. Entah sampai kapan kesempatan ini serta merta didapati, terjelas bagiku mencoba mensyukuri apa yang sudah diberikan dengan sebaik mungkin. Teramat jelas jika melihat dari segala perihal yang telah dilalui selama ini, masih menggambarkan bahwa seperti angin yang kehilangan arah. Ya, meskipun tidak terlihat jelas oleh siapapun kecuali aku dan Penciptaku.

Setelah seharian pun melewati hari demi hari hanya melihat, mendengar, dan membaca kisah yang secara langsung ataupun tidak langsung selalu menyentuh sisi hati. Melalui kisah yang dituturkan lewat bibir, melalui kisah yang digoreskan pena, atau perilaku yang mencerminkan suatu kepribadian dan totalitas yang sungguh seharusnya dicontoh. Kata demi kata rasanya terus mengalir dari sisi manapun, terlagi dari sebuah goreskan pena yang tak henti ditebar hingga untuk kesekian kalinya pun kisah itu dapat dibaca secara terus menerus.

Terlepas dari kemanjaan diri yang selalu melihat sisi kebaikan orang lain melalui ruang manapun, yang akhirnya sedikit banyaknya memberikan dampak positif untuk mengarah ke arah kebaikan pula. Walaupun seiring berjalannya waktu, peralihan hati kerap kali terjadi. Jikalau pada masa lain berkesempatan mendapati hal-hal yang bisa dibilang serupa, tentunya akan memberikan pengertian kembali mengenai sisi yang harus ditempuh. Akhirnya, kesempatan yang aku sendiri tidak mengetahui sampai kapan perjanjian yang telah kusepakati sebelum ke dunia ini, akan diupayakan menebar manfaat bagi orang lain, seperti apa yang sudah kudapati (meski tak begitu memahami) selama ini.

Sabtu, 25 Januari 2014

Perempuan di Ujung Mata


Oleh: Wahyu Wibowo



          
              Hari hendak menutup mata. Gelagat putih menjauh pergi. Nanar sinar pun pudar ditilang waktu. Tepat di pelupuk mata, kabar hadir redup ditelan angin. Ah, andai saja masih pagi. Kurengkuh niat bersih untuk menyulam laranya. Hendak apa dikata, ia tenggelam dalam tidurnya sendiri.

            Di sepanjang jalan lintas Sumatera lalu lalang kendaran tak pedulikan kiri-kanan. Debu sebabnya hantar lusuh wajah dan sekujur tubuh. Tak hirau air pembersih mengguyuri tubuh sebelumnya. O, janganlah melusuhkan hati juga. Kalau sampai terjadi, betapa malangnya hidup. Janganlah, jangan! Aku enggan terseruput jelaganya.

            Kian berisik, kain menukik suara kendaraan ke pori-pori telinga. Kendaraan yang tak pernah hilang dari kedipan mata akan lalu lalangnya. Kendaraan yang merelakan sebagiannya tergoyang setelah lewati paruh jalan berlubang. Goyangan yang tak seperti teraturnya goyangan Bumi ketika mengelilingi porosnya, Matahari. Pun Matahari mengelilingi Galaksi. Lalu, galaksi beredar pada alam semesta. Melainkan goyangan yang sedikit saja tak mendapati celah, maka merelakan segala isinya tumpah ruah meratai alas jalan.

Rabu, 22 Januari 2014

Getir Hati


Oleh : Wahyu Wibowo



Singkat cerita di balik rintik hujan
Singkap nyata di balik cawan menyan

Episentrum
Sentrum diri di cangkang
Sentrum naluri bergeming
Sentrum waktu pada palung getir, siring

Selasa, 21 Januari 2014

Menyimpan Rindu


Oleh : Wahyu Wibowo



Dan aku tetap menyimpan rindu
dari sekian lama persembunyian
yang aku sendiri tak mampu membaca diri
Katup masih enggan membuka jendela hati

Sebagian suara-suara yang terdengar
mengoarkan kebahagiaan. Tak perduli
apalagi memerhati sisi lain yang tak
hentinya mengais dan mengemis kasih

Kamis, 16 Januari 2014

Syahrun Azhim


Oleh : Wahyu Wibowo




Dalam dekap gempita kesunyian
Khusyuk duduk pesinar dunia sendiri
Awang-awang menghalang rajam tangan-tangan dekil
Bebatu bergeming atur kemudi mengikuti
Betapa cawan hati berdegup-urat mengkaku
gigil menyentak muka latar Hira
Perjalanan Ruh menjadi bebutir debu berseliweran
Semisal fasih narasi mencairkan depa hijab Ghaib
inikah selayak wajah syurga?


Rabu, 01 Januari 2014

Ramadhan : Managemen Waktu Menulis

Bulan ramadhan merupakan bulan yang paling ditunggu-tunggu sebab berkah yang terkandung didalamnya. Segala macam perbuatan yang bernilai ibadah dilipatgandakan pahalanya. Pun dalam hal menulis yang mengandung nilai positif dari karya yang dibuat, maksudnya dalam sebuah karya memberikan kemanfaatan (pencerahan) bagi pembaca sehingga menjadi pelecut tersendiri bagi pembaca untuk memperbaiki diri. “Manusia yang paling dicintai di sisi Allah adalah yang banyak memberikan kemanfaatan bagi orang lain” (HR. Thabrani). Selain itu juga memberi manfaat pada diri sendiri, seperti yang dikatakan Khalifah Ali bin Abi Thalib bahwa “Setiap penulis akan mati. Hanya karyalah yang abadi. Maka tulislah sesuatu yang membahagiakan dirimu di akhirat nanti”.