Laman

Kamis, 16 Januari 2014

Syahrun Azhim


Oleh : Wahyu Wibowo




Dalam dekap gempita kesunyian
Khusyuk duduk pesinar dunia sendiri
Awang-awang menghalang rajam tangan-tangan dekil
Bebatu bergeming atur kemudi mengikuti
Betapa cawan hati berdegup-urat mengkaku
gigil menyentak muka latar Hira
Perjalanan Ruh menjadi bebutir debu berseliweran
Semisal fasih narasi mencairkan depa hijab Ghaib
inikah selayak wajah syurga?



Kerekatan kerongkongan jelaskan masa
diantara debu-debu kurma dan gurun sahara
Maka memahat bingkis hatinya dari Titah mengeja lembah alam, Tuhan, dan kehidupan
Berontak : Titah menunggang dalam derik
Iqra!


Musafir jiwa, musafir ke dinding fana berhias Quraisy
Kota-kota mendebu menguhus punuk unta di kasta
Badar Al-Qubra dalam dengus penghambaan
Futuh Mekkah wejangan nadi pemecah hirukpikuk rezim Berhala
Nadi-nadi serupa teracun nan Ali Bin Abi Thalib terbujur ditikam
Andalusia, ‘Asqolan, bernama Az-zhalaqah maupun ‘Ain Jalut tergenggam
Hingga bulir-bulir doa berbuah Ikrar Proklamasi


Sembari mengelus Mushaf pada jemari sisa
Merakit ke Muara rangkai doa
Mengeram dalam tilas Lailatul Qodar
Tersipu-sujud pada rima Rahmatullah penempatan abadi

::
Puisi ini termaktub di dalam buku "Double Spirit; Ramadhan dan Kemerdekaan".

-=-

Entah, apa sebabnya aku ingin belajar menulis.Ya, nilai bahasa sewaktu SMA pernah remidi. Pun di kuliah tak meraih hasil terbaik,setelah tergabung dalam FLP Ogan Ilir,Aku yang menjadi bagian Forum Indonesia Muda (FIM) 15 menemukan kata kunci menulis dari FLP. Tak lain dan tak bukan, "Memberikan pencerahan kepada pembaca melalui tulisan."

-=-

Selamat membaca tulisan (yang barangkali) penuh makna mengenai Bulan Ramadhan.

~ Salam Pena dari "Pengeja Kata dan Makna" ~

0 komentar:

Posting Komentar