Oleh : Wahyu Wibowo
Dalam
dekap gempita kesunyian
Khusyuk
duduk pesinar dunia sendiri
Awang-awang
menghalang rajam tangan-tangan dekil
Bebatu
bergeming atur kemudi mengikuti
Betapa
cawan hati berdegup-urat mengkaku
gigil
menyentak muka latar Hira
Perjalanan
Ruh menjadi bebutir debu berseliweran
Semisal
fasih narasi mencairkan depa hijab Ghaib
inikah
selayak wajah syurga?
Kerekatan
kerongkongan jelaskan masa
diantara
debu-debu kurma dan gurun sahara
Maka
memahat bingkis hatinya dari Titah mengeja lembah alam, Tuhan, dan kehidupan
Berontak
: Titah menunggang dalam derik
Iqra!
Musafir
jiwa, musafir ke dinding fana berhias Quraisy
Kota-kota
mendebu menguhus punuk unta di kasta
Badar
Al-Qubra dalam dengus penghambaan
Futuh
Mekkah wejangan nadi pemecah hirukpikuk rezim Berhala
Nadi-nadi
serupa teracun nan Ali Bin Abi Thalib terbujur ditikam
Andalusia,
‘Asqolan, bernama Az-zhalaqah maupun ‘Ain Jalut tergenggam
Hingga
bulir-bulir doa berbuah Ikrar Proklamasi
Sembari
mengelus Mushaf pada jemari sisa
Merakit
ke Muara rangkai doa
Mengeram
dalam tilas Lailatul Qodar
Tersipu-sujud
pada rima Rahmatullah penempatan abadi
::
Puisi
ini termaktub di dalam buku "Double
Spirit; Ramadhan dan Kemerdekaan".
-=-
Entah,
apa sebabnya aku ingin belajar menulis.Ya, nilai bahasa sewaktu SMA pernah
remidi. Pun di kuliah tak meraih hasil terbaik,setelah tergabung dalam FLP Ogan
Ilir,Aku yang menjadi bagian Forum Indonesia Muda (FIM) 15 menemukan kata kunci
menulis dari FLP. Tak lain dan tak bukan, "Memberikan pencerahan kepada
pembaca melalui tulisan."
-=-
Selamat
membaca tulisan (yang barangkali) penuh makna mengenai Bulan Ramadhan.
~
Salam Pena dari "Pengeja Kata dan Makna" ~
0 komentar:
Posting Komentar