(Foto
Bareng Kampus Fiksi-Diva Press)
Bismilahirrahmanirrahim..
Senin
lalu (21/12/2015), siang hari aku menuju STEI Yogyakarta untuk mengikuti
"Diskusi & Bedah Buku Ubah Patah Hati Jadi Prestasi" bersama mas Dwi Suwiknyo,
seorang penulis puluhan buku dan dosen. Tiba di Halte Mandala Krida hujan turun
lumayan membasahi. Meski begitu, aku mencoba menerobos linangan air dari langit
menuju kampus itu. Di sana ternyata berkesempatan ketemu penulis pula, mas Redy 'Ugeng'
Kuswanto dan mas Hamdan Nugroho (penerbit NunMedia).
Sebelumnya,
selama di perjalanan dalam trans jogja, aku mendapatkan kabar dari Aris
Rahman Yusuf mengenai pengumuman suatu kompetisi menulis puisi
nasional. Alhamdulillah, namaku tertulis di nomor kedua. Entahlah, sebenarnya
beberapa tahun terakhir aku sedikit malas mengikuti kompetisi menulis puisi
(dengan alasan puisiku begitu sederhana, sekali). Mungkin terakhir kali aku
mengikuti hal serupa pada tahun 2012, mungkin! Keinginan itu lahir ketika pada
hari terakhir saat ada dorongan dari mas Syarif
untuk ikut serta, sebab hari yang sama karyanya baru akan dikirimkan,
setelahnya kubuat pula puisi bertema “Aku dan Muhammad” dan kukirim segera (dan
ternyata, tiga besar kompetisi ini naskahnya dikirimkan pada hari terakhir.
Satu lagi ada mbak De Lizta, penulis yang kini tinggal di Magelang).
Kabar
ini pula menjadi pelepas dahaga setelah selama tiga pekan terakhir naskahku
'absen' di rubrik sastra di media cetak. Namun, itu tak masalah, sebab aku pula
masihlah pemula. Dan, sepertinya pada minggu ketiga akan kembali hadir karyaku
di media, setelah Koran Harian Sastra Mata Banua menerima pinangan puiskiku.
Aku menyadari menyadari bahwa kita tidak akan mengetahui perkembangan karya
bila aku lebih suka menyimpan saja (atau mulai jarang menulis). Di samping itu,
aku memang berencana sorenya untuk berangkat ke solo, yang tentu membutuhkan
sedikit-banyaknya biaya. Namun, rezeki pun datangnya punya cara. Barangkali
lewat kompetisi menulis puisi ini pula.
Malamnya
aku telah sampai di kota solo. Sedikit berubah dari rencana awal, kembali
dengan bangga aku merepoti sSaudaraku, Agung
Putra Suweru. Pagi selanjutnya, penulis yang (sebenarnya) berasal
dari sumsel dan kini tinggal di solo menjemputku. Tujuannya adalah menuju ke
percetakannya, BukuKatta. Ya, di sana pula aku melihat aktivitas kak Yudhi
Herwibowo mengerjakan naskah-naskah, pun melihat koleksi bukunya
yang jauh lebih banyak jumlahnya dibanding aku yang baru saja mencoba
mengumpulkan buku.
Malam
harinya, melajulah aku bersama kak Yudhi Herwibowo menuju Balai Soedjatmoko Solo. Di tengah jalan, kami
mampir di warung makan untuk menikmati gudeg ceker & telur. Begitu lezat
dan mengenyangkan. Terimakasih atas semuanya kak.
Tiba
di Balai, yang pertama sekali aku kutemui adalah Mbak Tiwi dan beberapa teman Kampus Fiksi"Diva Press" Yogjakarta.
Sempat ngobrol beberapa menit, akhirnya aku bertemu dengan mbak Serüni Unie
yang telah menyiapkan 3 eksemplar Buletin Sastra Pawon, sebab mbak Serüni
Unié dan mbak Puitri Hati Ningsih terpaksa tertarik menampilkan
2 puisiku di dalam buletin itu. Heee (bisa juga didownload buletinnya di http://pawonsastra.blogspot.co.id/…/ebook-pawon-edisi-45-ta…).
Melalui
mbak Serüni, aku berkenalan dengan bu Denis
Hilmawati. Salah satu penulis di Buku Kumpulan Puisi Negeri Poci
edisi terbaru, yang ternyata sudah berteman melalui akun facebook. Pun, di sana
aku sudah mulai akrab sama Catur Hari Mukti penulis muda Sragen, namun kedekatan
lebih suka bertukar kabar mengenai perkembangan dunia bulutangkis. #Loh.
Pertemuan
tak diduga selain itu, hadir pula teman-teman SMART ILC Pare, kediri: Miss Uun,
Ria 'Jungle' osso, fira, dan kawan-kawan lainnnya. Pertemuan yang tidak
direncanakan, namun mampu melepas rindu sebab beberapa bulan lalu sempat
nimbrung di sana dan ada 'angan-angan' untuk ke sana kembali, suatu hari nanti.
Jadi kembali pingin berjumpa teman-teman di sana, sebut saja Arif Ardwiantoro, Rahmat
Santoso, Resty Tiny, Jarwinda,
Wahidah
Putri Achmad, dan lainnya.
Lepas
mengikuti rangkaian acara, "Bedah Novel Puya Ke Puya" karya penulis
beken, Faisal Odang. Karya Lokalitas Tanah Toraja yang begitu memukau, dan
tentu penulisnya masih muda pula. Kurang lebih setahun lebih muda dariku.
(Lalu, mana karyaku?)
Setelah
acara, sebagai "sok tamu" aku lebih banyak diam ketika malam itu
njagong bareng bersama kak Ngadiyo Diharjo, faisal odang, mbak Indah
Darmastuti, mbak Cat Miaow, mbak Sanni B Kuncoro, mbak Puitri Hati
Ningsih, mbak Leila S. Chudori, dan lainnya.
Selanjutnya,
seperti rencana awal aku hendak pulang ke Jogja malam itu. Namun, Kak Ngadiyo
Diharjo tidak memberikan izin dan lebih mengajak istrihat lebih dulu di
kontrakannya. Akhirnya, aku tak bisa menolak. Hanya saja, aku esok pagi harus
segera ke jogja pagi-pagi sekali. Dan itulah yang terjadi, selepas subuh aku
bersegera mencari bus menuju kota perantauan dan melangsungkan rencana yang
telah disusun.
Ya,
berjodoh dengan rejeki tiadalah yang mengetahui tepat waktunya. Aku hanya
mencoba untuk tetap berusaha dan berusaha. Jika keingian itu sudah ada, ada-ada
saja jalan untuk terus belajar. Pun, aku pula berharap keinginan belajar di
tahun depan dapat tercapai, pula.
Ups,
sebelum mengakhirnya, jalan lain untuk belajar dan bertahan di Jogja yang
kudapat di hari kemarin adalah ketika di tengah hari. Ponselku berbunyi. Pak
Andi (bagian kemahasiswaan Unsri) menghubungiku, setelah beliau menyikapi
dengan segera pertanyaanku tentang dana PKM 2015 yang sudah kumulai dua minggu
lalu.
Dalam
penyampaiannya, Pak Andi menyampaikan bahwa dana dari Dikti sudah masuk ke
Unsri. Ia berharap bisa berlangsung cepat pula ke rekening masing-masing tim,
di bulan itu. Namun, beliau tidak bisa begitu menjanjikan, sebab suasana akhir
tahun memang begini. Dan, bilapun belum masuk ke rekening masing-masing ketua
tim, setidaknya beliau sudah berencana. []
Ruang Inspiratif, di pagi memaksa kuota
modem
Ditulis ulang dari status fesbuk
Yogyakarta, 12 Januari 2016.
Semoga
bermanfaat!
Mari
silatirahmi di:
Facebook
: Wahyu Wibowo
Twitter
: @WahyuKelingi
Blog
: Sinauramerame.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar