(Publikasi
Duta Masyarakat)
Selamat
pagi teman-teman. Berikut adalah puisi-puisi saya yang (kebetulan) terbit di
Koran Duta Masyarakat, Surabaya, pada hari ini. Semoga nantinya dapat dijadikan
salah satu bacaan yang menarik atau setidaknya mengisi waktu senggang.
Selanjutnya, dapat mengajak kita semua untuk berupaya menulis dan berkarya
dalam bentuk apapun. Baiklah, mari kita baca puisi-puisinya!
Negeri
Antah Berantah
bumi
ini sudah terlalu tua, tuan
minyak
bumi tak lagi cukup untuk para penghuni
sehingga
lazim melihat barisan penghuni rapi mengantri
lalu
mengambil ruah keringat di dalam saku secara lebih
“tak
lagi sesuap nasi, tapi ini harga mati.”
bumi
ini sudah terlalu tua, tuan
adakah
negeri yang lain?
tangan
kami telah retak terbakar matahari
suara
parau menyaingi deburan ombak
mata
berdebu, tangan berdebu, tubuh berdebu...
terkubur
oleh denting detik jalanan
bumi
ini sudah terlalu tua, tuan?
nilainilai
kemanusiaan adalah permukaan air
di
mana penempatan kaki di posisi tertinggi
sedang
tangan sembunyi di pelupuk kenyamanan
“tak
seperti pagi, inilah bumi yang bersisa hitungan hari!”
Indralaya,
24 Juni 2013
Kampung
Idaman
aku
kembali ke kampung idaman,
orang
berkisah tak pernah habis
mengurai
kata mewajah kampung itu.
bertugu
raksasa, rumah berdinding emas,
pohon
berbuah apa saja penuh limpah,
atau
sungai berasa tak terkira, luar biasa.
tiba-tiba,
ada bantal membalok wajah
menghabiskan
napas dan cerocos igau tanpa sadar,
“dasar,
lelaki pemalas!” bulat mata ibu menancap
aku
bangun, membangun aku,
dan
aku terbangun!
“o,
kampung idaman.”
Bilik
Literasi Solo, 4 Oktober 2015
Danau
Mas
telah
kutakar air yang tergenang di lembah
ah,
tak begitu melimpah
angsa,
perahu, atau daun-daun
yang
mengapung tak tertampung dengan rata
barangkali
sewaktu kau menyusunnya
tak
sedikitpun darah melimpah-ruah
atau
kau sendiri enggan lenyapkan deret waktumu?
o,
danau mas
lain
kali biarkan aku deras mengukir bidang wajahmu
hingga
rembas air liang mata atas tirai kisahmu
Curup,
24 Desember 2014
Dua
Suara
Tak
serupa pasung dalam rukuk
Masuklah
azan mendayung di semesta alam
Indralaya-Kediri,
2012-2015
Tak
Lagi
:
Khatulistiwa
adakah
yang lebih subur dariku?
langit
tersenyum untai tangan
bumi
merayap tuai panen
kerdip
mata lantas geriap menghijau
lantaran
tipu daya hidup mengakar
di
mulut mengekang ucap
di
hati menabur nafsu
melalap
hingga belukar-membelukar bersusun bara
adakah
yang lebih malang dariku?
menelan
ludah setelah tenggelam amanah
menumpuk
lara, membekas tak hingga
pun
waktu tak dapat menghitungnya
tak
lagi
:
usia senja dalam cimpung gairah meraja
Parau
pedang
hampiri persinggahan
bermandikan
darah dan lara
dalam
ucap kata, degup mata
ada
ganjaran penampar rautmu
di
tengah tandus menguhus dahaga
aku
memakan khuldi dajjal
terasa
sudah pertimbangan awal
menghembus
nafas-nafas sengal
parau
sekilas wajah bersemedi
memahat
dunia kesungguhan benci
kaki-kaki
nar menanti
Indralaya,
21 Agustus 2011
Ruat
:
Belantara Musi
adakah
yang dapat menampung raga?
satu
saja!
huma
tak lagi bersuara acungkan rupa
2011-2015
*)Wahyu
Wibowo, lahir di Muara Kelingi, 27 Juli 1993.
Alumnus Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya yang menulis puisi, cerpen,
esai, dan resensi dan telah tersiar di Media Indonesia, Fajar Sumatera,
Kedaulatan Rakyat, Sumatera Ekspres, Minggu Pagi, Tribun Jogja, Tribun Jateng,
Malang Post, Harian Silampari, Xpresi Riau Pos, Banjarmasin Post, Radar
Mojokerto, Koran Madura, Metro Riau, SeRu!YA Luwu Raya, Duta Masyarakat
Surabaya, Sriwijaya Post, Radar Banyuwangi, Tribun Sumsel, Harian Banyuasin,
Harian Sastra Mata Banua, Linggau Pos, Ogan Ilir Ekspres, Majalah Story,
Majalah Pawon Surakarta, Majalah Guruku, Majalah Infokus, Majalah Frasa,
Posmetro Prabu, bengkelpuisi.net, DetakPekanbaru, dan beberapa media lainnya.
*)
Puisi-puisi ini dapat pula dilihat di Duta Masyarakat.
Mari
silatirahmi di:
Facebook
: Wahyu Wibowo
Twitter
: @WahyuKelingi
Blog
: Sinauramerame.blogspot.com
Keren, pengalaman menulisnya sudah jos. Karyanya sudah bertebaran di banyak media lokal dan nasional. Salut. Barakallah. Semoga bisa ngikutin jejaknya. Hheh Ngarep banget. ^^
BalasHapusSemoga senantiasa bisa bersemangat berkarya dan menginspirasi mbak...
Hapus---Loh, kebalik...karya mbak sudah malang melintang di dunia persilatan. Eh, maksudnya kepenulisan. :D
Sukses selalu untuk semuanya
Dilihat dari blognya sampeyan malah sepertinya sampeyan lebih dulu nyempulung dunia literasi. Aku baru nulis di tahun 2014 soalnya. ^^
HapusWah, aku baru september 2015 ini mbak menulis (lagi).
Hapus:D
Keren berarti sampeyan, baru nulis langsung karyanya bertebaran. Barakallah. Semoga aku bisa meniru jejak sampeyan. ^^
HapusApapun itu, semoga masih terus bersemangat berkarya mbak. harap terus diarahkan...
Hapus