Laman

Minggu, 10 Januari 2016

Puisi "Negeri Antah Berantah", "Kampung Idaman", "Danau Mas"

 
 (Publikasi Duta Masyarakat)

Selamat pagi teman-teman. Berikut adalah puisi-puisi saya yang (kebetulan) terbit di Koran Duta Masyarakat, Surabaya, pada hari ini. Semoga nantinya dapat dijadikan salah satu bacaan yang menarik atau setidaknya mengisi waktu senggang. Selanjutnya, dapat mengajak kita semua untuk berupaya menulis dan berkarya dalam bentuk apapun. Baiklah, mari kita baca puisi-puisinya!

Negeri Antah Berantah

bumi ini sudah terlalu tua, tuan
minyak bumi tak lagi cukup untuk para penghuni
sehingga lazim melihat barisan penghuni rapi mengantri
lalu mengambil ruah keringat di dalam saku secara lebih
“tak lagi sesuap nasi, tapi ini harga mati.”

bumi ini sudah terlalu tua, tuan
adakah negeri yang lain?
tangan kami telah retak terbakar matahari
suara parau menyaingi deburan ombak
mata berdebu, tangan berdebu, tubuh berdebu...
terkubur oleh denting detik jalanan

bumi ini sudah terlalu tua, tuan?
nilainilai kemanusiaan adalah permukaan air
di mana penempatan kaki di posisi tertinggi
sedang tangan sembunyi di pelupuk kenyamanan
“tak seperti pagi, inilah bumi yang bersisa hitungan hari!”

Indralaya, 24 Juni 2013


Kampung Idaman

aku kembali ke kampung idaman,
orang berkisah tak pernah habis
mengurai kata mewajah kampung itu.
bertugu raksasa, rumah berdinding emas,
pohon berbuah apa saja penuh limpah,
atau sungai berasa tak terkira, luar biasa.
tiba-tiba, ada bantal membalok wajah
menghabiskan napas dan cerocos igau tanpa sadar,
“dasar, lelaki pemalas!” bulat mata ibu menancap
aku bangun, membangun aku,
dan aku terbangun!
“o, kampung idaman.”

Bilik Literasi Solo, 4 Oktober 2015


Danau Mas

telah kutakar air yang tergenang di lembah
ah, tak begitu melimpah
angsa, perahu, atau daun-daun
yang mengapung tak tertampung dengan rata
barangkali sewaktu kau menyusunnya
tak sedikitpun darah melimpah-ruah
atau kau sendiri enggan lenyapkan deret waktumu?

o, danau mas
lain kali biarkan aku deras mengukir bidang wajahmu
hingga rembas air liang mata atas tirai kisahmu

Curup, 24 Desember 2014


Dua Suara

Tak serupa pasung dalam rukuk
Masuklah azan mendayung di semesta alam

Indralaya-Kediri, 2012-2015


Tak Lagi
: Khatulistiwa

adakah yang lebih subur dariku?

langit tersenyum untai tangan
bumi merayap tuai panen
kerdip mata lantas geriap menghijau

lantaran tipu daya hidup mengakar
di mulut mengekang ucap
di hati menabur nafsu
melalap hingga belukar-membelukar bersusun bara

adakah yang lebih malang dariku?

menelan ludah setelah tenggelam amanah
menumpuk lara, membekas tak hingga
pun waktu tak dapat menghitungnya

tak lagi
: usia senja dalam cimpung gairah meraja


Parau

pedang hampiri persinggahan
bermandikan darah dan lara
dalam ucap kata, degup mata

ada ganjaran penampar rautmu
di tengah tandus menguhus dahaga
aku memakan khuldi dajjal

terasa sudah pertimbangan awal
menghembus nafas-nafas sengal

parau sekilas wajah bersemedi
memahat dunia kesungguhan benci
kaki-kaki nar menanti

Indralaya, 21 Agustus 2011

Ruat
: Belantara Musi

adakah yang dapat menampung raga?
satu saja!
huma tak lagi bersuara acungkan rupa

2011-2015


*)Wahyu Wibowo, lahir di Muara Kelingi, 27 Juli 1993. Alumnus Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya yang menulis puisi, cerpen, esai, dan resensi dan telah tersiar di Media Indonesia, Fajar Sumatera, Kedaulatan Rakyat, Sumatera Ekspres, Minggu Pagi, Tribun Jogja, Tribun Jateng, Malang Post, Harian Silampari, Xpresi Riau Pos, Banjarmasin Post, Radar Mojokerto, Koran Madura, Metro Riau, SeRu!YA Luwu Raya, Duta Masyarakat Surabaya, Sriwijaya Post, Radar Banyuwangi, Tribun Sumsel, Harian Banyuasin, Harian Sastra Mata Banua, Linggau Pos, Ogan Ilir Ekspres, Majalah Story, Majalah Pawon Surakarta, Majalah Guruku, Majalah Infokus, Majalah Frasa, Posmetro Prabu, bengkelpuisi.net, DetakPekanbaru, dan beberapa media lainnya.

*) Puisi-puisi ini dapat pula dilihat di Duta Masyarakat.

Mari silatirahmi di:
Facebook        : Wahyu Wibowo
Twitter            : @WahyuKelingi
Blog                 : Sinauramerame.blogspot.com




6 komentar:

  1. Keren, pengalaman menulisnya sudah jos. Karyanya sudah bertebaran di banyak media lokal dan nasional. Salut. Barakallah. Semoga bisa ngikutin jejaknya. Hheh Ngarep banget. ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga senantiasa bisa bersemangat berkarya dan menginspirasi mbak...
      ---Loh, kebalik...karya mbak sudah malang melintang di dunia persilatan. Eh, maksudnya kepenulisan. :D
      Sukses selalu untuk semuanya

      Hapus
    2. Dilihat dari blognya sampeyan malah sepertinya sampeyan lebih dulu nyempulung dunia literasi. Aku baru nulis di tahun 2014 soalnya. ^^

      Hapus
    3. Wah, aku baru september 2015 ini mbak menulis (lagi).
      :D

      Hapus
    4. Keren berarti sampeyan, baru nulis langsung karyanya bertebaran. Barakallah. Semoga aku bisa meniru jejak sampeyan. ^^

      Hapus
    5. Apapun itu, semoga masih terus bersemangat berkarya mbak. harap terus diarahkan...

      Hapus