Oleh
: Wahyu Wibowo
Segala
prahara termasuk darah dan bara
adalah warna. ketika pertama menghirup udara
di
muka bumi. tempat pijak paling berisi
kisah-kisah
membawa diri pada Ilahi
Lalu
di puncak diri. tersenyum burung-burung
menebar
salam langit. melukis sayang pelangi.
dan
mengiringi angin-angin yang menyentuh lembut
tubuh.
hingga buai mesra terasa mengikat
tentang
:hari yang saat itu
seorang
ibu merelakan nyawa
menghabiskan
nafas
menelan
perih
atas
nyawa diri, o diri
di
bawah langit, sunyi diri menyepi
sekalipun
deburan ombak memasang gerah
atau
bising menyingsing perut bumi
kepada
siapa lagi, diri
selain
mengabdi. munajad segala isi hati
untuk
esok, mencerah bumi yang sebagian terkabut
Di
samping khusyuk kepada Ilahi
seisi
Semesta merona
atas
pengabdian diri
sebagai
abdi
di
bumi
ini
*Puisi ini didokumentsikan dalam Kumcerku.com (05 Juni 2013) dan Eramadina.com (23 Mei 2013)
Sebuah rangkaian singkat dan sederhana ini, diharapkan
dapat menyentuh qalbu. Sehingga nantinya lahir benih-benih cinta yang
selanjutnya dapat mencerminkan diri dengan situasi (baca : keberadaan saat
ini).
0 komentar:
Posting Komentar